TEKNIK
TES DAN NONTES SEBAGAI ALAT EVALUASI HASIL BELAJAR AGAMA ISLAM
MAKALAH
DISUSUN GUNA MEMENUHI TUGAS
MATA KULIAH EVALUASI PEMBELAJARAN
OLEH:
RIYANTO
DWI TANTO SUNAR WN
KHOIRUL ANAM
PROGRAM PASCASARJANA
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH PONOROGO
TAHUN 2014
BAB I
PENDAHULUAN
A. Latar Belakang
Undang-undang
Republik Indonesia Nomor 20 tahun 2003 tentang Sistem Pendidikan Nasional pasal
3 menegaskan bahwa pendidikan nasional “berfungsi mengembangkan kemampuan dan
membentuk watak serta peradaban bangsa yang bermartabat dalam rangka
mencerdaskan kehidupan bangsa, bertujuan untuk berkembangnya potensi peserta
didik agar menjadi manusia yang beriman dan bertakwa kepada Tuhan Yang Maha
Esa, berakhlak mulia, sehat, berilmu, cakap, kreatif, mandiri, dan menjadi warga
negara yang demokratis serta bertanggung jawab”
Dalam
Permendikbud No. 66 tahun 2013 tentang Standar Penilaian Pendidikan dijelaskan
bahwa fungsi dan tujuan pendidikan nasional tersebut menjadi parameter utama
untuk merumuskan Standar Nasional Pendidikan yang terdiri atas 8 (delapan)
standar, salah satunya adalah Standar Penilaian Pendidikan yang bertujuan untuk
menjamin: (a) perencanaan penilaian peserta didik sesuai dengan kompetensi yang
akan dicapai dan berdasarkan prinsip-prinsip penilaian, (b) pelaksanaan
penilaian peserta didik secara profesional, terbuka, edukatif, efektif,
efisien, dan sesuai dengan konteks sosial budaya; dan (c) pelaporan hasil
penilaian peserta didik secara objektif, akuntabel, dan informatif.Namun pada
kenyataannya masih banyak sekolah yang belum memenuhi tujuan penilaian seperti
standar yang telah ditetapkan.
Penilaian
adalah rangkaian kegiatan untuk memperoleh, menganalisis dan menafsirkan data
tentang proses dan hasil belajar peserta
didik yang dilakukan secara sistematis dan berkesinambungan sehingga dapat
menjadi informasi yang bermakna dalam pengambilan keputusan. Penilaian juga
digunakan untuk mengetahui kekuatan dan kelemahan proses pembelajaran, sehingga
dapat dijadikan dasar pengambilan keputusan, misalnya apakah proses
pembelajaran sudah baik dan dapat dilanjutkan atau perlu perbaikan dan
penyempurnaan. Oleh sebab itu di samping
kurikulum dan proses pembelajaran yang benar, juga perlu ada sistem penilaian
yang baik dan terencana. Penilaian
proses dan hasil belajar peserta didik dilakukan oleh guru untuk memantau
proses, kemajuan, perkembangan hasil belajar peserta didik sesuai dengan
potensi yang dimiliki dan kompetensi/kemampuan yang diharapkan secara
berkesinambungan. Penilaian juga dapat memberikan umpan balik kepada guru agar
dapat menyempurnakan perencanaan dan proses pembelajaran.
B. Rumusan Masalah
Berdasarkan latar belakang diatas, maka penulis dapat
merumuskan masalah yang akan diangkat yaitu :
1.
Apa jenis alat penilaian
2.
Bagaimana tipe
dan bentuk tes
BAB II
PEMBAHASAN
Teknik Tes dan Nontes sebagai Alat Evaluasi Hasil Belajar Agama Islam
A.
Tes
1.
Definisi Tes
Tes merupakan salah satu alat untuk melakukan pengukuran, yaitu alat untuk
mengumpulkan informasi karasteritik suatu objek, objek disini bisa berupa
kecakapan peserta didik, minat, motivasi, dan sebagainya. Tes secara harfiah berasal dari bahasa Prancis
kuno “testum” artinya piring untuk menyisihkan logam-logam mulia.
Tes dapat didefinisikan sebagai suatu pertanyaan atau tugas atau
seperangkat tugas yang direncanakan untuk memperoleh informasi tentang atribut
pendidikan atau spikologik yang setiap butir pertanyaan atau tugas tersebut
mempunyai jawaban atau ketentuan yang dianggap benar (Zainul dan Nasoetion,
1993).
Tes merupakan sekumpulan pertanyaan yang harus dijawab dan/atau tugas yang
harus dikerjakan yang nantinya akan memberikan informasi mengenai aspek
psikologis tertentu berdasarkan jawaban tertentu terhadap
pertanyaan-pertanyaanatau cara dan hasil subjek dalam melakukan tugas-tugas
tersebut (Azwar, 1996).
Tes sebagai alat penilaian dapat diartikan sebagai pertanyaan-pertanyaan
yang diberikan kepada siswa untuk mendapat jawaban dari siswa dalam bentuk
lisan (tes lisan), dalam bentuk tulisan (tes tulisan), atau dalam bentuk
perbuatan (tes tindakan). Pada umumnya tes digunakan untuk mengukur dan menilai
hasil belajar siswa, terutama hasil belajar kognitif yang berkenaan dengan
penguasaan bahan pengajaran sesuai dengan tujuan pendidikan dan pengajaran
(Sudjana, 1989).
Tes merupakan salah satu cara untuk menaksir besarnya kemampuan sesorang
secara tidak langsung yaitu melalui respons seseorang terhadap stimulus atau
pertanyaan. (Djemari, 2008)
Jadi dapat disimpulkan bahwa tes adalah suatu cara atau alat untuk
mengadakan penilaian yang berbentuk suatu tugas atau serangkaian tugas yang
harus dikerjakan oleh siswa atau sekelompok siswa sehingga menghasilkan nilai
tentang tingkah laku atau prestasi siswa tersebut. Prestasi atau tingkah laku
tersebut dapat menunjukkan tingkat pencapaian tujuan intruksional pembelajaran
atau tingkat penguasaan terhadap seperangkat materi yang telah diberikan dalam
proses pembelajaran, dan dapat pula menunjukkan kedudukan siswa yang
bersangkutan dalam kelompoknya.
2. Fungsi Tes
Dalam kaitan dengan rumusan tersebut, sebagai alat evaluasi
hasil belajar, tes minimal mempunyai
dua fungsi, yaitu:
a. Untuk mengukur tingkat penguasaan terhadap seperangkat
materi atau tingkat pencapaian terhadap seperangkat tujuan tertentu.
Fungsi
: lebih dititik beratkan untuk mengukur keberhasilan program pembelajaran
b. Untuk menentukan kedudukan atau perangkat siswa dalam
kelompok, tentang penguasaan materi atau pencapaian tujuan pembelajaran
tertentu.
fungsi
: lebih dititik beratkan untuk mengukur keberhasilan belajar
masing-masing individu peserta tes.
3. Bentuk bentuk test
A. Tes objektif
Pengertian tes objektif adalah bentuk tes yang
mengandung kemungkinan jawaban atau respon yang harus dipilih oleh peserta tes,
jadi kemungkinan jawaban atau respon telah disediakan oleh penyususn butir soal
dan peserta tes hanya memilih alternatif jawaban yang telah disediakan.
a) Tipe Benar – Salah (True – False Test)
Tes tipe ini adalah tes yang butir soalnya
terdiri dari pernyataan yang disertai dengan alternatif jawaban yaitu jawaban
atau pernyataan yang benar dan yang salah. Peserta tes diminta menandai
melingkari atau menyilang jawaban ”B” jika jawaban atau pernyataan dianggab
benar dan jawaban ”S” jika jawaban atau pernyataan dianggab salah.
Contoh :
B – S : Rukun Iman ada enam
b) Tipe Menjodohkan (Matching Test)
Ada beberapa istilah yang digunakan untuk
menunjuk menjodohkan yakni memasangkan atau mencocokkan. Butir soal ini ditulis
dalam dua kolom atau kelompok. Kelompok pertama di sebelah kiri adalah
pernyataan atau pertanyaan, kelompok kedua di sebelah kanan adalah kelompok
jawaban.
Tugas peserta tes yakni mencari, mencocokkan
jawaban sehingga sesuai atau cocok dengan pertanyaan.
Contoh :
No
|
Pertanyaan
|
Jawaban
|
1
2
3
|
Rukun
Iman Ada ……………….
Rukun
Islam Ada ………………
Sebutkan
Jumlah kitab yang di turunkan Allah ..
|
a.
4
b.
6
c.
5
|
c) Tipe Pilihan Ganda (Multiple Choice Test)
Tes pilihan ganda adalah tes dimana setiap
butir soalnya memiliki jumlah alternatif jawaban lebih dari satu, pada umumnya
berkisar antara dua sampai lima jawaban. Tipe tes ini adalah yang paling
populer dan banyak digunakan dalam kelompok tes objektif karena banyak sekali
materi yang dapat dicakup.
Contoh :
1. Kitab Zabur di turunkan kepada Nabi ................
a. Nabi Muhammad
b. Nabi Musa
c. Nabi Daud
d. Nabi Isa
e. Nabi Ibrahim
d) Pilihan Ganda Analisis Hubungan Antar Hal
Pilihan ini terdiri dari dua pernyataan yang
dihubungkan oleh kata ”sebab” jadi ada dua kemungkinan jawaban yakni ada
hubungan sebab akibat dan tidak ada hubungan sebab akibat.
Supaya kedua pernyataan ini termasuk pilihan
ganda maka harus dicari variabel lain yang dapat mengukur kemampuan peserta
tes. Variabel tersebut adalah kualitas pernyataan yaitu :
A. Pernyataan benar, alasan benar, keduanya menunjukkan hubungan sebab
akibat
B. Pernyataan benar, alasan benar,
keduanya tidak menunjukkan hubungan sebab akibat
C. Pernyataan benar, alasan salah
D. Pernyataan salah, alasan benar
E. Pernyataan salah, alasan salah
|
Contoh
:
Sebagai seorang
hamba, maka wajib bagi kita untuk mengenal Allah Swt, dengan cara mengenal
sifat sifatNya
Sebab
Allah memiliki
tiga sifat yaitu Wajib, Mustahil dan Jaiz
e) Pilihan Ganda Analisis Kasus
Pada tes bentuk ini peserta tes dihadapkan
pada suatu kasus. Kasus ini di sajikan dalam bentuk cerita, peristiwa, dan
sejenisnya. Peserta tes diajukan beberapa pertanyaan yang ada kaitanya dengan
cerita tersebut. Setiap perpertanyaan dibuat dalam bentuk melengkapi pilihan.
Contoh :
Pada masa nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat beragama politeisme yaitu
menyembah lebih dari satu Tuhan. Bintang, Bulan dan Matahari menjadi Objek
utama penyembahan, karenanya astronomi merupakan bidang yang sangat penting.
Sewaktu kecil nabi ibrahim as, sering melihat ayahnya melakukan ritual
menyembah berhala – berhala tersebut. Disisi lain sang ayah Azar, bahkan
membuat patung – patung sebagai gambaran dari para dewa – dewa tersebut untuk
dijual dan dijadikan sesembahan. Dari sinilah nalar dan logika nabi ibrahim as,
mulai berjalan dan berontak, diapun mencoba mencari kebenaran agama yang dianut
keluarganya.
Pertanyaan :
Siapakah nama
ayah Nabi Ibrahim As .........
a. Dewa Bulan d. Azar
b. Dewa Matahari e. Berhala
c. Dewa Bintang
f) Pilihan Ganda Asosiasi
Bentuk pilihan ganda ini jawaban yang benar
dapat lebih dari satu, mungkin 2, 3, atau bahkan 4. Yakni :
A. Jika (1), (2), dan (3) betul
B. Jika (1) dan (3) betul
C. Jika (2) dan (4) betul
D. Jika hanya (4) yang betul
E. Jika semua betul
Contoh :
Berikut ini
adalah nama – nama Allah (Asmaul husna :
1. Al- Aziz
2. Al- Qayyum
3. Al- Ghaffar
4. Al- Fattah
g) Pilihan Ganda dengan diagram, grafik, tabel dan sebaginya
Bentuk soal tes ini mirip analisis kasus baik
struktur maupun pola pertanyaanya. Bedanya dalam tes bentuk ini tidak disajikan
kasus dalam bentuk cerita atau peristiwa tetapi kasus tersebut berupa diagram,
grafik maupun tabel.
B. Tes subjektif
Tes subjektif pada umumnya berbentuk uraian
(esai) tes bentuk uraian mengandung pertanyaan atau tugas yang jawaban atau
pengerjaan soalnya harus dilakukan dengan cara mengekspresikan pikiran peserta
tes (Asmawi Zaenul dan Noehi Nasution : 2005)
a) Tes Uraian bebas (Extended Response Test)
Tes ini merupakan bentuk tes yang memberikan
kebebasan kepada peserta tes untuk mengorganisasikan dan mengekspresikan
pikiran dan gagasan dalam menjawab soal tes, jawabannya bersifat terbuka,
fleksibel dan tidak berstruktur.
Contoh :
1. Jelaskan pengertian Iman, Islam dan Ihsan Menurut Istilah ?
2. Jelaskan alasan mengapa nabi muhammad diutus untuk menyempurnakan akhalak
manusia ?
b) Tes Uraian terbatas (Restricted Response Test)
Tes uraian terbatas merupakan bentuk tes yang
memberi batasan batasan atau rambu rambu tertentu kepada peserta tes dalam
menjawab soal tes. Biasanya mencakup format, isi dan ruang lingkup jawaban.
Contoh :
Pada masa nabi Ibrahim, kebanyakan rakyat beragama politeisme yaitu
menyembah lebih dari satu Tuhan. Bintang, Bulan dan Matahari menjadi Objek
utama penyembahan, karenanya astronomi merupakan bidang yang sangat penting.
Sewaktu kecil nabi ibrahim as, sering melihat ayahnya melakukan ritual
menyembah berhala – berhala tersebut. Disisi lain sang ayah Azar, bahkan
membuat patung – patung sebagai gambaran dari para dewa – dewa tersebut untuk
dijual dan dijadikan sesembahan. Dari sinilah nalar dan logika nabi ibrahim as,
mulai berjalan dan berontak, diapun mencoba mencari kebenaran agama yang dianut
keluarganya.
Pertanyaan :
1. Apakah sesembahan masyarakat, pada masa nabi ibrahim .....
2. Apa pekerjaan Ayah Nabi Ibrahim As ..................
4. Karakteristik Tes yang Baik
Suharsimin arikunto (2008) menyatakan bahwa
suatu tes dapat dikatakan baik apabila memenuhi lima persyaratan Yakni :
a. Validitas Sebuah alat pengukur dapat dikatakan valid apabila alat pengukur
tersebut dapat mengukur apa yang hendak diukur secara tepat. Demikian pula
dalam alat-alat evaluasi. Suatu tes dapat dikatakan memiliki validitas yang
tinggi apabila tes tersebut betul-betul dapat mengukur hasil belajar.
Contoh :
Untuk mengukur tingkat partisipasi siswa dalam proses pembelajaran,
bukan diukur dari skor nilai yang diperoleh pada waktu ulangan, tetapi dilihat
melalui :
-
Kehadiran
-
Terpusatnya
perhatian dalam pembelajaran
-
Ketepatan
menjawab pertanyaan yang diajukan oleh guru dalam arti relevan dalam
permasalahannya.
Nilai yang diperoleh dalam waktu ulangan bukan menggambarkan
partisipasi, tetapi menggambarkan prestasi.
Ada beberapa macam validitas yakni
§
Content
validity (validitas isi) Pengujian
jenis validitas ini dilakukan secara logis dan rasional karena itu disebut juga
rational validity atau logical validity. Batasan content
validity ini menggambarkan sejauhmana tes mampu mengukur materi pelajaran
yang telah diberikan secara representatif dan sejauh mana pula tes dapat
mengukur sampel yang representatif dari perubahan-perubahan perilaku yang
diharapkan terjadi pada diri siswa.
§
Predictive
validity (validitas ramalan) Validitas
ramalan artinya ketepatan (kejituan) suatu alat pengukur ditunjau dari
kemampuan tes tersebut untuk meramalkan prestasi yang dicapainya kemudian. Cara
yang digunakan untuk mengukur tinggi rendahnya validitas ramalan ialah dengan
mencari korelasi antara nilai-nilsi yang dicapai oleh anak-anak dalam tes tersebut
dengan nilai-nilai yang dicapai kemudian.
§
Concurent
validity (Validitas bandingan) suatu tes
dilihat dari korelasinya terhadap kecakapan yang telah dimiliki saat kini
secara riil. Cara yang digunakan untuk menilai validitas bandingan ialah dengan
jalan mengkorelasikan hasil-hasil yang dicapai dalam tes tersebut dengan
hasil-hasil yang dicapai dalam tes yang sejenis yang telah diketahui mempunyai
validitas yang tinggi (misalnya tes standar).
§
Construct
Validity (validitas konstruk/susunan teori) Yaitu ketepatan suatu tes
ditinjau dari susunan tes tersebut.
b. Reliabilitas Reliabilitas berasal dari kata reliable yang
berarti dapat dipercaya. Reliabilitas suatu tes menunjukan atau merupakan
sederajat ketetapan, keterandalan atau kemantapan (the level of consistency)
tes yang bersangkutan dalam mendapatkan data (skor) yang dicapai seseorang,
apabila tes tersebut diberikan kepadanya pada kesempatan (waktu) yang berbeda.,
atau dengan tes yang pararel (eukivalen) pada waktu yang sama. Atau dengan kata
lain sebuah tes dikatakan reliable apabila hasil-hasil tes tersebut
menunjukan ketetapan, keajegan, atau konsisten. Artinya, jika kepada para siswa
diberikan tes yang sama pada waktu yang berlainan, maka setiap siswa akan tetap
berada dalam urutan (ranking) yang sama dalam kelompoknya.
c.
Objektivitas
Sebuah tes dikatakan memiliki objektivitas apabila dalam melaksanakan tes itu
tidak ada faktor subyektif yang mempengaruhi. Hal ini terutama pada sistem
skoringnya, apabila dikaitkan dengan reliabilitas maka obyektivitas menekankan
ketetapan pada sistem skoring, sedangkan reliabilitas menekankan ketetapan
dalam hasil tes. Ada dua faktor yang mempengaruhi subjektivitas dari sesuatu
tes yaitu bentuk tes dan penilaian.
d.
Praktikabilitas
Sebuah tes dikatakan memiliki praktikabilitas
yang tinggi apabila tes itu bersifat praktis, mudah untuk
pengadministrasiannya. Tes yang praktis adalah tes yang:
§ Mudah dilaksanakannya; misalnya tidak menuntut peralatan yang
banyak dan memberi kebebasan kepada siswa untuk mengerjakan terlebih dahulu
bagian yang dianggap mudah oleh siswa.
§ Mudah memeriksanya artinya bahwa tes itu dilengkapi dengan kunci
jawaban maupun pedoman skoringnya. Untuk soal yang obyektif, pemeriksaan akan
lebih mudah dilakukan jika dikerjakan oleh siswa dalam lembar jawaban.
§ Dilengkapi dengan petunjuk-petunjuk yang jelas sehingga dapat
diberikan/ diawali oleh orang lain
e.
Ekonomis
Yang dimaksud dengan ekonomis ialah bahwa pelaksanaan tes tersebut tidak
membutuhkan ongkos/biaya yang mahal, tenaga yang banyak dan waktu yang lama,
baik untuk memproduksinya maupun untuk melaksanakan dan mengolah hasilnya.
B.
Nontes
1.
Definisi nontes
Dilihat dari kata yang menyusunya, maka non tes dapat kita artikan sebagai
teknik penilaian yang dilakukan tanpa menggunakan tes. Sehingga teknik ini
dilakukan lewat pengamatan secara teliti dan tanpa menguji peserta didik. Non
tes biasanya dilakukan untuk mengukur hasil belajar yang berkenaan dengan soft
skill, terutama yang berhubungan dengan apa yang dapat dibuat atau dikerjakan
oleh peserta didik dari apa yang diketahui atau dipahami. Dengan kata lain,
instrument ini berhubungan dengan penampilan yang dapat diamati dari pada
pengetahuan dan proses mental lainnya yang tidak dapat diamati dengan panca
indra (Widiyoko : 2009).
2. Jenis – Jenis Non Tes
a. Pengamatan (Observation)
Menurut Sudijono (2009) observasi adalah cara menghimpun bahan-bahan
keterangan (data) yang dilakukan dengan mengadakan pengamatan dan pencatatan
secara sistematis terhadap fenomena-fenomena yang sedang dijadikan sasaran
pengamatan.
Tujuan utama observasi antara lain :
-
Mengumpulkan data dan inforamsi mengenai suatu
fenomena, baik yang berupa peristiwa maupun tindakan, baik dalam situasi yang
sesungguhnya maupun dalam situasi buatan
-
Mengukur perilaku kelas (baik perilaku guru
maupun peserta didik), interaksi antara peserta didik dan guru, dan
faktor-faktor yang dapat diamati lainnya, terutama kecakapan sosial (social
skill)
-
Menilai tingkah laku individu atau proses yang
tejadi dalam situasi sebenarnya maupun situasi yang sengaja dibuat.
Dalam evaluasi pembelajaran, observasi dapat digunakan untuk menilai proses
dan hasil belajar peserta didik pada waktu belajar belajar, berdiskusi,
mengerjakan tugas, dan lain-lain. Selain itu, observasi juga dapat digunakan
untuk menilai penampilan guru dalam mengajar, suasana kelas, hubungan sosial
sesama peserta didik, hubungan guru dengan peserta didik, dan perilaku sosial
lainnya Selain itu,
Observasi mempunyai beberapa karakteristik, antara lain:
-
Mempunyai arah dan tujuan yang jelas.
-
Bersifat ilmiah, yaitu dilakukan secara
sistematis, logis, kritis, objektif, dan rasional.
-
Terdapat berbagai aspek yang akan diobservasi.
-
Praktis penggunaannya.
Adapaun langkah-langkah penyusunan pedoman observasi menurut Arifin (2009)
adalah sebagai berikut:
-
Merumuskan tujuan observasi
-
Membuat lay-out atau kisi-kisi observasi
-
Menyusun pedoman observasi
-
Menyusun aspek-aspek yang akan diobservasi,
baik yang berkenaan proses belajar peserta didik dan kepribadiaanya maupun
penampilan guru dalam pembelajaran
-
Melakukan uji coba pedoman observasi untuk
melihat kelemahan-kelemahan pedoman observasi
-
Merifisi pedoman obsevasi berdasarkan hasil
uji coba
-
Melaksanakan observasi pada saat kegiatan berlangsung
-
Mengolah dan menafsirkan hasil observasi
Berikut ini contoh format observasi
Nama Sekolah : ………………
Mata Pelajaran :
………………
Bahan
Kajian : ………………
Nama Guru : …………..
Hari/tanggal : ……………
Pukul : …………………
Nama siswa yang diamati : ………………………..
|
Aspek yang diamati
|
Hasil pengamatan
|
ket
|
||
tinggi
|
sedang
|
rendah
|
||
1.
Memberikan
pendapat untuk pemecahan masalah
2.
Memberikan
tanggapan terhadap pendapat orang lain
3.
Mengerjakan
tugas yang diberikan
4.
Motivasi
siswa yang mengerjakan tugas-tugas
5.
Toleransi
dan mau menerima pendapat siswa lain
6.
Tanggung
jawab sebagai anggota kelompok
|
b. Wawancara (Interview)
Menurut Sudijono (2009) wawancara adalah cara
menghimpun bahan-bahan keterangan yang dilaksanakan dengan melakukan Tanya
jawab lisan secara sepihak, berhadapan muka, dan dengan arah tujuan yang terlah
ditentukan. Sedangkan menurut Bahri (2008) Wawancara adalah komunikasi langsung
antara yang mewancarai dan yang diwancarai.
Dari pengertian tersebut kita dapat simpulkan
bahwa wawancara adalah suatu teknik pengumpulan data dengan jalan mengadakan
komunikasi dengan sumber. Komunikasi tersebut dilakukan dengan dialog (Tanya
jawab) secara lisan, baik langsung maupun tidak langsung (menggunakan alat
komunikasi).
Ada dua jenis wawancara yang dapat
dipergunakan sebagai alat dalam evaluasi, yaitu:
1. Wawancara terpimpin (guided interview), biasanya juga dikenal dengan
istilah wawancara berstruktur (structured interview) atau wawancara sistematis
(systematic interview), dimana wawancara ini selalu dilakukan oleh evaluator
dengan cara mengajukan pertanyaan-pertanyaan yang telah disusun terlebih dahulu
dalam bentuk panduan wawancara (interview guide). Jadi, dalam hal ini responden
pada waktu menjawab pertanyaan tinggal memilih jawaban yang sudah disediakan.
2. Wawancara tidak terpimpin (un-guided interview), biasanya juga dikenal
dengan istilah wawancara sederhana (simple interview) atau wawancara tidak
sistematis (non-systematic interview) atau wawancara bebas, diamana responden
mempunyai kebebasan untuk mengutarakan pendapatnya, tanpa dibatasi oleh
patokan-patokan yang telah dibuat oleh evaluator. Dalam wawancara bebas,
pewancara selaku evaluator mengajukan pertanyaan-pertanyaan kepada peserta
didik atau orang tuanya tanpa dikendalikan oleh pedoman tertentu, mereka dengan
bebas mengemukakan jawabannya. Hanya saja pada saat menganilis dan menarik
kesimpulan hasil wawancara bebas ini evaluator akan dihadapkan
kesulitan-kesulitan, terutama apabila jawaban mereka beraneka ragam. Mengingat
bahwa daya ingat manusia itu dibatasi ruang dan waktu, maka sebaiknya hasil
wawancara itu dicatat seketika.
Dalam melaksanakan wawancara, ada beberapa hal
yang harus diperhatikan evaluator dalam pelaksanaan wawancara antara lain ;
evaluator harus mendengar, mengamati, menyelidiki, menanggapi, dan mencatat apa
yang sumber berikan. Sehingga informasi yang disampaikan oleh narasumber tidak
hilang dan informasi yang dibutuhkan dapat ditangkap dengan baik. Selain itu evaluator
harus meredam egonya dan melakukan pengendalian tersembunyi. Kadang kala banyak
evaluator yang tidak dapat meredam egonya sehingga unsur subyektivitas muncul
pada saat menganalisis hasil wawancara yang telah dilaksanakan.
Menurut Zainal (2009) ada 3 tujuan dalam
melaksanakan wawancara yakni :
1. Untuk memperoleh informasi secara langsung guna menjelaskan suatu hal atau
situasi dan kondisi tertentu.
2. Untuk melengkapi suatu penyelidikan ilmiah.
3. Untuk memperoleh data agar dapat mempengaruhi situasi atau orang tertentu.
Berikut ini contoh pertanyaan–pertanyaan yang
biasa dilaksanakan pada saat wawancara :
Tujuan :
………………………………………………………………
Bentuk
: ………………………………………………………………
Responden
: ………………………………………………………………
Nama siswa : ………………………………………………………………
Kelas\semester : ………………………………………………………………
Jenis kelamin : ……………………………………………………………….
Pertanyaan guru
|
Jawaban siswa
|
Komentar dan kesimpulan hasil
wawancara
|
1.
Kapan
dan berapa lama anda belajar di rumah ?
2.
Bagaimana
cara anda mempersiapkan diri untuk belajar secara efektif?
3.
Kegiatan
apa yang anda lakukan pada waktu mempelajari bahan pelajaran?
4.
Seandainya
anda mengalami kesulitan dalam mempelajarinya, usaha apa yang anda lakukan
untuk mengatasi kesulitan tersebut?
5.
Dst.
|
c. Angket (Questionnare)
Pada dasarnya, angket adalah sebuah daftar
pertanyaan yang harus diisi oleh orang yang akan diukur (responden). Pada
umumnya tujuan penggunaan angket atau kuesioner dalam proses pembelajaran
terutama adalah untuk memperoleh data mengenai latar belakang peserta didik
sebagai salah satu bahan dalam menganalisis tingkah laku dan proses belajar
mereka. Hal ini juga disampaikan oleh Yusuf (dalam Arniatiu, 2010) yang
menyatakan kuisioner adalah suatu rangkaian pertanyaan yang berhubungan dengan
objek yang dinilai dengan maksud untuk mendapatkan data. Selain itu, data yang
dihimpun melalui angket biasanya juga berupa data yang berkenaan dengan
kesulitan-kesulitan yang dihadapi oleh siswa dalam mengikuti pelajaran. Misalnya: cara belajar, bimbingan
guru dan orang tua, sikap belajar dan lain sebagainya. Angket pada umumnya
dipergunakan untuk menilai hasil belajar pada ranah afektif. Angket dapat
disajikan dalam bentuk pilihan ganda atau skala sikap.Adapun beberapa tujuan
dari pengembangan angket adalah :
-
Mengumpulkan informasi sebanyak mungkin dari
siswa tentang pembelajaran
-
Membimbing siswa untuk belajar efektif sampai
tingkat penguasaan tertentu.
-
Mendorong siswa untuk lebih kreatif dalam
belajar.
-
Membantu anak yang lemah dalam belajar.
-
Untuk mengetahui kesulitan – kesulitan siswa
dalam pembelajaran
d. Pemeriksaan Dokumen (Documentary Analysis)
Evaluasi mengenai kemajuan, perkembangan atau
keberhasilan belajar peserta didik tanpa menguji (teknik non-tes) juga dapat
dilengkapi atau diperkaya dengan cara melakukan pemeriksaan terhadap
dokumen-dokumen, misalnya: dokumen yang menganut informasi mengenai riwayat
hidup (auto biografi), seperti kapan kapan dan dimana peserta didik dilahirkan,
agama yang dianut, kedudukan anak didalam keluarga dan sebagainya. Selain itu
juga dokumen yang memuat informasi tentang orang tua peserta didik, dokumen
yang memuat tentang orang tua peserta didik, dokumen yang memuat tentang
lingkungan non-sosial, seperti kondisi bangunan rumah, ruang belajar, lampu
penerangan dan sebagainya(Sudijono : 2009).
Beberapa informasi, baik mengenai peserta
didik, orang tua dan lingkungannya itu bukan tidak mungkin pada saat-saat
tertentu sangat diperlukan sebagai bahan pelengkapbagi pendidik dalam melakukan
evaluasi hasil belajar terhadap peserta didiknya.
e. Study Kasus (Case Study)
Studi kasus adalah mempelajari individu dalam
proses tertentu secara terus menerus untuk melihat perkembangannya(Djamarah :
2000). Misalnya peserta didik yang sangat cerdas, sangat lamban, sangat rajin,
sangat nakal, atau kesulitan dalam belajar.
Untuk itu guru menjawab tiga pertanyaan inti
dalam studi kasus, yaitu:
1. Mengapa kasus tersebut bisa terjadi?
2. Apa yang dilakukan oleh seseorang dalam kasus tersebut?
3. Bagaimana pengaruh tingkah laku seseorang terhadap lingkungan?
Studi kasus sering digunakan dalam evaluasi,
bimbingan, dan penelitian. Studi ini menyangkut integrasi dan penggunaan data
yang komprehensif tentang peserta didik sebagai suatu dasar untuk melakukan
diagnosis dan mengartikan tingkah laku peserta didik tersebut. Dalam melakukan
studi kasus, guru harus terlebih dahulu mengumpulkan data dari berbagai sumber
dengan menggunakan berbagai teknik dan alat pengumpul data. Salah satu alat
yang digunakan adalah depth-interview , yaitu melakukan wawancara secara
mendalam, jenis data yang diperlukan antara lain, latar belakang kehidupan,
latar belakang keluarga, kesanggupan dan kebutuhan, perkembangan kesehatan, dan
sebagainya. Namun, seperti halnya alat evaluasi yang lain, studi kasus juga
mempunyai kelebihan dan kelemahan. Kelebihannya adalah dapat mempelajari
seseorang secara mendalam dan komprehensif, sehingga karakternya dapat
diketahui selengkap-lengkapnya. Sedangkan kelemahannya adalah hasil studi kasus
tidak dapat digeneralisasikan, melainkan hanya berlaku untuk peserta didik itu
saja.
BAB III
KESIMPULAN
Secara garis
besar alat penilaian digolongkan menjadi 2 jenis, yaitu non-tes dan tes.
Seringkali kedua jenis alat penilaian tersebut dinamakan teknik penilaian.
Tes
tertulis menurut tipenya dikelompokkan menjadi 2 macam, yaitu tes tipe uraian
dan tes tipe objektif.
Teknik-teknik non-tes juga menempati kedudukan yang penting dalam
rangka evaluasi hasil belajar, lebihlebih evaluasi yang berhubungan dengan
kondisi kejiwaan peserta didik, seperti presepsinya terhadap mata pelajaran
tertentu, prsepsi terhadap guru, bakat dan minat, dan sebagainya. Yang semua
itu tidak mungkin dievaluasi dengan menggunakan tes sebagai alat
pengikutnya.Bentuk-bentuk instrumren evaluasi non-tes seperti wawancara
(interview), pengamatan (observation), angket (questionere), studi kasus, dan
pemeriksaan dokumen.
DAFTAR PUSTAKA
Arikunto, Suharsimi.
2006. Dasar-dasar Evaluasi Pendidikan. Jakarta: Bumi Aksara
Arifin,Zaenal (2009), Evaluasi Pembelajaran: Prinsip, Teknik,
Prosedur, Bandung: PT. Remaja Rosdakarya.
Daryanto (2008), Evaluasi Pendidikan, Jakarta: PT. Rineka
Cipta
Nasoetion,
Noehi. Suryanto Judu dan Adi. 2000. Hakikat tes,
pengukuran dan penilaian. http://pustaka.ut.ac.id/learning.php. Diakses
hari Jumat tanggal 18 April 2008.
Nana Sudjana.
1989. Penilaian hasil Proses Belajar Mengajar. Bandung: PT Remaja
Rosda Karya
Nana Sudjana.
2004. Penilaian hasil proses belajar mengajar. Bandung: PT.
Remaja Rosdakarya.
Sudijono,Anas (2009) Pengantar Evaluasi Pendidikan, Jakarta:
PT. Raja Grafindo Persada
Zainul, Asmawi dan Noehi Nasoetion. 1993. Penilaian
hasil belajar. Jakarta: PAU-PPAI.
Tidak ada komentar:
Posting Komentar