Jumat, 16 Januari 2015

SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM PERIODE DAULAH BANI ABBASIYAH

 SEJARAH PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM

PERIODE DAULAH BANI ABBASIYAH
(INTELEKTUAL DAN MORAL)

Makalah disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah pemikiran dan peradaban islam

Dosen Pengampu:
Prof. Dr. H. Siswanto Masruri, MA
Rido Kurnianto, M.Ag




DISUSUN OLEH:
DWI TANTO SUNAR WAHYU NANDA
NIM:  13160017 
Dan
ARIFUDDIN KHOIRONI
NIM: 13160012



MAHASISWA PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS MUHAMMADIYAH
PONOROGO

TAHUN 2013






BAB 1
PENDAHULUAN

A.      LATAR BELAKANG
Sejarah mencatat bahwa Daulat Bani Abbasiyah merupakan generasi masyarakat yang punya kesadaran yang tinggi akan ilmu, hal ini ditunjukkan masyarakatnya yang sangat antusias dalam mencari ilmu. Keberadaan perpustakaan-perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum dan juga hadirnya perpustakaan Bayt al-Hikmah yang disponsori oleh khalifah pada waktu yang membantu dalam menciptakan iklim akademik yang kondusif. Tak heran jika kita menemukan tokoh-tokoh besar yang lahir pada masa ini. Tradisi intelektual inilah yang seharusnya kita contoh, sebagai usaha sadar keilmuan kita dalam mengejar ketertinggalan dan ini segera lepas dari keterpurukan.
Masa kekuasaan Daulat Abbasiyah yang berlangsung lebih dari lima Abad (750- 1258 M) dinilai sebagai kekhalifahan Islam yang mencapai tingkat tamaddun yang menakjubkan dimana dakwah Islam di masa ini dapat mengembangkan ajarannya secara lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakat. [1]
Dinasti Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam yang mewarisi kekuasaan  bin Abdullah bin Abbas. Dalam rentang waktu masa kekuasaannya, pola pemerintahan yang diterapkan selalu mengalami perubahan yang disesuaikan dengan sosial, politik dan budaya. Perubahan-perubahan politik, sosial, dan budaya dalam masa lima ratus tahun lebih tersebut membagi daulah Abbasiyah dalam lima periode:
1.      Periode Pertama (32 H/750 M – 232 H/847 M) disebut dengan periode pengaruh Persia Pertama
2.        Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945M) disebut dengan Pengaruh Turki Pertama
3.   Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M) masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah biasanya disebut dengan masa pengaruh Persia Kedua.
4.    Periode Keempat (447 H.1055M – 590H/1194M), masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah, biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5.     Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M), masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapai kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Baghdad.        
Disamping sistem pemerintahan yang panjang, penulis kagum dengan munculnya beberapa ilmuan yang ahli dalam bidang masing-masing. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas tentang perkembangan intelektual dan moral yang muncul pada masa daulah abbasiyah.
B.   RUMUSAN MASALAH
Dari judul di atas penulis telah menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
1.    Sejauh mana kemajuan yang telah dicapai Daulah Bani Abbasiyah di bidang Pemerintahan, Intelektual dan Moral?
2.      Apa Saja Faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran pada masa Bani Abbasiyah?
3.      Pelajaran-pelaran apa yang bisa diambil dari Masa Keemasan Daulah Bani Abbasiyah?

 
BAB II
PEMBAHASAN

A. SISTEM PEMERINTAHAN  DAULAH ABBASIYAH
Pada   zaman   Dinasti   Bani   Abbasiyah,   pola   pemerintahan   yang   diterapkan   berbeda-beda   sesuai   dengan   perubahan   politik,   sosial,   ekonomi   dan   budaya.  
Sistem   politik   yang dijalankan oleh Daulah Bani Abbasiyah Iantara lain[2]:
1.      Para   Khalifah   tetap   dari   keturunan   Arab,   sedang   para   menteri,   panglima, Gubernur dan para pegawai lainnya dipilihdari keturunan Persia dan mawali .
2.    Kota Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yangmenjadi pusat kegiatan politik, ekonomi sosial dan kebudayaan.
3.      Ilmu pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
4.      Kebebasan berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
5.      Para   menteri   turunan   Persia   diberi   kekuasaan   penuh   untuk   menjalankan   tugasnya dalam pemerintah .
Pada   masa  awal  berdirinya   Daulah   Abbasiyah   ada   2  tindakan   yang   dilakukan   oleh para   Khalifah   Daulah   Bani   Abbasiyah   untuk   mengamankan   dan   mempertahankan   dari  kemungkinan  adanya  gangguan  atau   timbulnya   pemberontakan   yaitu  :[3] 
1.       Tindakan  keras terhadap Bani Umayah .
2.       Pengutamaan orang-orang turunan persi.
Dalam  menjalankan  pemerintahan,  Khalifah  Bani  Abbasiyah  pada  waktu   itu  dibantu oleh   seorang  wazir  (perdana   mentri)   atau   yang   jabatanya   disebut   dengan  wizaraat. Sedangkan  wizaraat  itu   dibagi   lagi   menjadi   2   yaitu[4]:  
1.    Wizaraat   Tanfiz  (system  pemerintahan  presidentil   )   yaitu  wazir  hanya  sebagai  pembantu  Khalifah  dan  bekerja   atas nama Khalifah.
2.      Wizaaratut  Tafwidl  (parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan .  Sedangkan Khalifah  sebagai  lambang  saja .   Pada  kasus lainnya fungsi   Khalifah   sebagai   pengukuh   Dinasti-Dinasti   lokal   sebagai   gubernurnya   Khalifah
Selain itu, untuk membantu Khalifah dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah  dewan   yang   bernama  diwanul   kitaabah  (sekretariat   negara)   yang   dipimpin   oleh seorang  raisul   kuttab  (sekretaris   negara).   Dan   dalam   menjalankan   pemerintahan   negara, wazir  dibantu beberapa raisul diwan  (menteri departemen-departemen). Tata usaha Negara bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamulidaryal-markazy. Selain   itu,   dalam   zaman   daulah   Abbassiyah   juga didirikan   angkatan   perang, amirul umara,  baitul  maal,   organisasi   kehakiman.,   Selama   Dinasti   ini   berkuasa,   pola pemerintahan   yang diterapkan   berbeda-beda   sesuai   dengan   perubahan   politik,   sosial, ekonomi dan budaya.[5]
Selanjutnya   kekuasaan   Politik   sosial, ekonomi dan  budaya  selama  kekuasaan daulah Abbasiyah di kelompokkan menjad  5 masa  yaitu:[6]   
1.      Masa   Abbasy   I,   yaitu   semenjak   lahirnya   Daulah   Bani   Abbasiyah   tahun   750   M, sampai meninggalnya Khalifah al-Wasiq (847 M).
2.      Masa   Abbasy   II,   yaitu   mulai   Khalifah   al-Mutawakkal   (847   M),   sampai   berdirinya daulah Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
3.      Masa  Abbasy   III,   yaitu   dari   berdirinya   daulah   Buwaihiyah   tahun   (946   M)  sampai masuk kaum Seljuk ke Baghdad (1055M).
4.      Masa Abbasy IV, yaitu  masuknya orang-orang Seljuk ke Baghdad (1055 M), dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah ; biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki (l194 M)
5.      Masa Abbasy  V, yaitu  masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad (1055 M), sampai jatuhnya Baghdad ke tangan Tartar dibawah pimpinan Hulako (1268M).
Politik pada masa Daulah Abbasiyah mengalami berbagai macam perubahan itu karena keberadaan masyarakatnya yang tidak hanya keturunan Arab, namun ada juga Persia dan Turki menjadi pemicu perubahan politik yang ada. Perubahan politik pada masa ini disesuaikan dengan sosial dan budaya yang ada pada saat itu. Pada masa awal-awal daulah ini para khalifah benar-benar tokoh yang kuat, mereka tidak hanya para politikus muslim namun juga para cendekiawan yang piawai berbagai macam  ilmu.
B.     PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA BANI ABBASIYAH
Di masa Dinasti  Abbasiyah, dunia kebudayaan dan  ilmu pengetahuan ikut berkembang pesat. Hal ini dibuktikan dengan dukungan kuat dari para khalifah, terutama Harun Al-Rasyid, dan  Al-Ma'mun terhadap ilmu pengetahuan. Sedangkan perkembangan intelektual dimulai dengan diterjemahkannya khazanah intelektual Yunani Klasik, seperti filsafat  Aristoteles. Khalifah sendiri telah mengalokasikan anggaran khusus untuk menggaji para penterjemah dari golongan Kristen, kaum Sabi, bahkan para penyembah bintang. Untuk melengkapi kehausan terhadap cabang ilmu,tersebut. Harun Al-Rasyid mendirikan  perpustakaan  yang diberinama ''Bait  Al-Hikmah''. Perpustakaan ini sekaligus berfungsi sebagai pusat penerjemah dan akademi, Cabang ilmu yang diutamakan dalam ''Bait  Al-Hikmah'' adalah filsafat,ilmu kedokteran, matematika, optika, fisika,geografis, astronomi, dan sejarah.
Pada masa itu, cendikiawan Islam bukan saja menguasai ilmu pengetahuan dan filsafat  Yunani, tapi juga menambahkan kedua ilmutersebutdari hasil-hasil penelitian di lapangan. Sehingga masa  Abbasiyah bermunculan ahli ilmu pengetahuan dan filosof  islam
Perkembangan   Ilmu   pengetahuan   dan   teknologi   mencapai   puncak   kejayaan   pada masa  pemerintahan    Harun  ar-Rasyid,   kemajuan  intelektual  pada  waktu itu setidaknya dipengaruhi oleh dua hal yaitu[7]:
1.      Terjadinya   Asimilasi   antara   bangsa   Arab   dan   bangsa-bangsa   lain   yang   lebih   dahulu mengalami   perkembangan   dalam   ilmu   pengetahuan.   Pengaruh   Persia   pada   saat   itu sangat   penting   dibidang   pemerintahan.   selain   itu   mereka   banyak   berjasa   dalam perkembangan  ilmu   filsafat     dan  sastra.    Sedangkan  pengaruh   Yunani  masuk  melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang ilmu, terutama Filsafat.
2.      Gerakan Terjemah
Pada   masa  daulah   ini   usaha   penerjemahan   kitab-kitab   asing   dilakukan   dengan   giat sekali.  Pengaruh  gerakan  terjemahan  terlihat  dalam  perkembangan ilmu  pengetahuan umum   terutama   di   bidang   astronomi,   kedokteran,   filsafat,   kimia   dan   sejarah.   Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam dalam  ilmu pengetahuan, antara lain ;
a.    Bidang   filsafat:   al-Kindi,   al-Farabi,   Ibnu   Bajah,   Ibnu       Tufail,   Ibnu   Sina,   al-Ghazali,Ibnu Rusyid.
b.      Bidang kedokteran:  Jabiribnu Hayan, Hunain bin Ishaq, Tabibbin Qurra,Ar-Razi.
c.       Bidang Matematika: Umaral-Farukhan , al-Khawarizmi.
d.      Bidang Astronomi: al-Fazari,al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset, maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil   menemukan   berbagai   keahlian   berupa   penemuan   berbagai   bidang-bidang   ilmu pengetahuan, antara lain[8] :
A.  Ilmu Umum
a.       Ilmu Filsafat
-          Al-Kindi  (809-873 M) buku karangannya  sebanyak 236 judul.
-          Al Farabi (wafat tahun 916 M) dalam  usia 80 tahun.
-          Ibnu Bajah  (wafat  tahun 523  H)
-          Ibnu Thufail  (wafat tahun 581 H)
-     Ibnu   Shina   (980-1037   M).   Karangan-karangan   yang   terkenal   antara   lain:   Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
-     Al Ghazali   (1085-1101   M).   Dikenal   sebagai   Hujjatul   Islam,   karangannya:   Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan  lain-lain
-      Ibnu   Rusd   (1126-1198   M).   Karangannya   :   Kulliyaat,   Tafsir   Urjuza,   Kasful   Afillah dan  lain-lain
b.      Bidang Kedokteran
-          Jabirbin Hayyan  (wafat 778  M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
-          Hurain   bin   Ishaq   (810-878   M).   Ahli   mata   yang   terkenal   disamping   sebagai penterjemah bahasa asing.
-          Thabib bin Qurra (836-901M)
-          Ar   Razi   atau   Razes   (809-873   M).   Karangan   yang   terkenal   mengenai   cacar   dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c.       Ilmu Sejarah dan Geografi
Dalam bidang sejarah, ulama yang terkenal :[9]
-          Ibu Ishaq, Ibnu Hisyam,
-          al Waqidi, Ibnu Qutaibah,
-          al Thabari dan  lain-lain.
Dalam bidang ilmu bumi atau geografi ulama yang terkenal :
-          al Yakubi dengan  karyanya al Buldan,
-          Ibnu Kharzabah dengan bukunya al mawalik wa al Mawalikdan lain-lain
d.      Bidang Matematika
-          UmarAl Farukhan: Insinyur ArsitekPembangunan kota Baghdad.
-          Al Khawarizmi : Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar),penemu angka (0).
e.       Bidang Astronomi berkembang  subur  di kalangan  umat  Islam,  sehingga banyak  para  ahli  yang  terkenal dalam perbintangan ini seperti :
-          Al Farazi : pencipta Astro lobe
-          Al Gattani/ Al Betagnius
-          Abul wafat : menemukan jalan  ketiga dari bulan
-          Al Farghoni atau Al Fragenius
f.       Bidang Seni Ukir  Beberapa   seniman   ukir   terkenal:  
-          Badr   dan   Tariff   (961-976   M)  dan   ada
g.       seni   musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
B.     Ilmu Naqli
a.       Ilmu  Tafsir,   Para   mufassirin  yang   termasyur:   Ibnu  Jarir   ath   Tabary,   Ibnu   Athiyah   al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad  bin Ishak dan lain-lain
b.      Ilmu  Hadist,   Muncullah   ahli-ahli  hadist   ternama  seperti:   Imam   Bukhori  (194-256   H),  Imam   Muslim  (wafat   231   H),   Ibnu   Majah  (wafat   273   H),  Abu   Daud   (wafat   275   H),   At Tarmidzi, dan  lain-lain
c.       Ilmu  Kalam,  Dalam  kenyataannya kaum  Mu’tazilah  berjasa  besar  dalam  menciptakan ilmu   kalam,  diantaranya  para  pelopor  itu  adalah:  Wasil bin  Atha’,  Abu  Huzail  al  Allaf, Adh Dhaam,Abu Hasan Asy’ary,Hujjatul IslamImam Ghazali
d.      Ilmu Tasawuf, Ahli-ahli dan  ulama-ulamanya adalah  : Al Qusyairy  (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah,  Syahabuddin   (wafat   632   H).   Karangannya : Awariful Ma’arif,Imam  Ghazali : Karangannya al Bashut,al Wajiz dan lain-lain.
e.       Para Imam Fuqaha, Lahirlah  para Fuqaha yang sampai sekarang  aliran  mereka masih mendapat   tempat   yang   luas   dalam   masyarakat   Islam.   Yang   mengembangkan faham/mazhabnya   dalam   zaman   ini   adalah:   Imam  Abu   Hanifah,   Imam   Malik,  Imam  Syafi’i,Imam  Ahmad  bin Hambal dan Para Imam  Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
Menurut penulis, lahirnya berbagai macam disiplin ilmu di masa Abbasiyah yang tidak hanya ilmu agama namun juga ilmu  umum menandakan bahwa masyarakat Islam pada waktu itu mengalami kemajuan intelektual yang cukup membanggakan. Dan ini sebagai bukti bahwa kaum muslimin pada saat itu bukan hanya intelek dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang umum seperti kedokteran, ilmu geografi, filsafat. Ini menandakan bahwa tidak ada dikotomi dalam ilmu entah itu ilmu umum atau ilmu pengetahuan agama. Karena masing-masing merupakan elemen pendukung bagi disiplin ilmu yang lain yang saling memiliki keterkaitan dan hubungan yang tidak bisa dipisahkan.
Penulis berpendapat bahwa jika ilmu agama dan umum dipandang sebagai satu-kesatuan yang utuh maka kemajuan ummat Islam dewasa ini akan bisa menyamai seperti kemajuan intelektual pada masa kejayaan Islam yaitu Daulah Abbasiyah. Hal yang terpenting yang ditangkap dalam perkembangan peradaban tersebut adalah minat intelektual yang cukup tinggi dari penguasa kekhalifahan.
Periode dinasti Abbasiyah tercatat sebagai kekhalifaan Islam yang berkontribusi besar menanamkan benih-benih intelektual dan dianggap sebagai periode keemasan dalam kekhalifaan Islam. Perkambangan kekuasaan Abbasiyah tidak hanya dalam perluasan wilayah secara administratif dan geografis, tetapi jauh lebih penting adalah kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang kelak menjadi warisan peradaban dunia modern, bahkan menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan.
C. PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA BANI ABBASIYAH
Masa kekuasaan daulat Abbasiyah yang berlangsung lebih dari lima abad (750-1258 M) dinilai sebagai kekhalifaan Islam yang mencapai tingkat tamaddun yang menakjubkan dimana dakwah Islam di masa ini dapat mengembangkan ajarannya secara lebih luas dalam berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.[10]
Pada masa ini kota Baghdad, Basrah dan Kuffah merupakan pusat-pusat kegiatan dakwah dalam arti yang luas. Penguasa kekhalifaan Abbasiyah adalah para pecinta ilmu dan sangat memuliakan ulama-ulama serta para pujangga. Para putera khalifah diberikan pendidikan khusus oleh ulama dan pujangga dengan harapan mendapat pengetahuan keagamaan yang luas dan kelak akan menjadi ulama dan pujangga.[11]
Kebebasan berfikir merupakan ciri khas dari periode ini, dan para khalifah sengaja membiarkan hal ini tetap terjadi. Perbedaan berfikir ini nampak pada beberapa petinggi kekhalifaan yang berbeda aliran, seperti Khalifah al-Makmun yang beraliran syi’ah, sedangkan Perdana Menteri Yahyan bin Aksam beraliran sunnah dan seorang menteri bernama Ahmad bin Abu Daud beraliran Muktazilah.[12] Demikian berkembangnya kemerdekaan berfikir di zaman itu sehingga seseorang tidak boleh dipaksa menganut satu aliran tertentu. Pada masa ini juga dilakukan pengembangan dakwah kedaerah-daerah India yang beragama Hindu yang pernah dilakukan pada masa sebelumnya.
Secara umum aktifitas dakwah pada dinasti Abbasiyah terjadi dalam dua level, yakni level negara atau penguasa dan level masyarakat. Para khalifah Abbasiyah masa keemasan adalah ulama yang memiliki perhatian dan cinta terhadap ilmu pengetahuan. Mereka selalu mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya penerjemahan ilmu dari berbagai bahasa, melakukan perluasan dan menambah wilayah dakwah, mendorong dan memfasilitasi pembaruan sistem pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah Nidzamiyyah di Baghdad.[13]
Pada level masyarakat, aktifitas dakwah mengalami berkembang secara positif. Ketika politik kekuasaan negara mulai melemah, namun tidak mengganggu aktifitas dakwah dalam masyarakat. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah selalu penuh dengan kejian ilmiah. Para ulama pada masa ini memiliki peranan dan pengaruh yang cukup besar bahkan terkadang mengalahkan pengaruh para khalifah.[14] Diantara kebanggaan periode Abbasiyah adalah lahirnya empat pendiri mazhab hukum dalam Islam yang pengaruhnya masih ada sampai sekarang.
Mazhab-mazhab hukum berakar pada kelompok-kelompok ulama akhir abad ketujuh yang teguh pada doktrin hukum dan metode analisis hukum. Sekitar abad kesembilan mazhab-mazhab tersebut telah benar-benar berdiri sebagai agen-agen administrasi hokum dan menyebar luas ke seluruh wilayah Abbasiyah.
Mazhab hukum Hanafi bermula di Irak dan dalam waktu yang sangat singkat telah tegak di Iran Barat dan Transoxinia. Mazhab Syafi’i pertama kali berkembang di Mesir, tetapi sekitar abad kesepuluh mazhab ini berkembang di Syiria, Baghdad dan seluruh kota-kota penting di Iran Barat, Khurasan, dan Transoxania.
Mazhab-mazhab tersebut disatukan oleh para penuntut ilmu (murid) yang berdatangan dari jauh untuk belajar dengan sang guru serta keinginan mendapatkan sertifikasi yang mengesahkan pengetahuan mereka atas sejumlah kitab-kitab yang telah dipelajari. Setelah mendapatkan pengetahuan yang cukup dari sejumlah guru yang berbeda, seorang murid yang telah cakap akhirnya berguru kepada seorang guru besar yang akan menjadikannya seorang murid yang berhasil. Aktifitas ini berlangsung secara informal namun efektif untuk menjaga identitas dari mazhab-mazhab yang berkembang.[15]
Dari sisi yang lain kurikulum madrasah mengalami perkembangan yang bervariasi, namun mayoritas pengajarannya adalah masalah hukum. Dalam waktu singkat, pendidikan madrasah dijadikan standar bagi umat muslim – khususnya sunni –sebagai sayarat keanggotaan organisasi keagamaan dan aktivitas legal lainnya. Madrasah juga menjadi pusat-pusat pengajaran mazhab hukum Islam serta gerakan keagamaan yang sangat popular.
Mazhab Hambali adalah mazhab yang pertama kali secara informal masuk menjadi sebuah gerakan sektarian dan sangat berpengaruh. Mazhab ini menolak upaya khalifah Abbasiyah untuk mengesahkan sebuah doktrin keagamaan. Mereka menolak klaim khalifah al-Makmun atas otoritas keagamaan dan mereka bersitegas bahwa ketundukan kepada khalifah hanya berlaku untuk urusan kenegaraan, sedangkan otoritas keagamaan berada di tangan ulama. Sepanjang abad kesembilan dan kesepuluh, juru dakwah Mazhab Hambali terus menerus meningkatkan sejumlah demonstrasi untuk menentang kebijakan khalifah, sehingga warga Hambali tumbuh menjadi sebuah partai yang sangat sibuk dengan upaya memberlakukan pandangan keagamaan mereka sendiri.[16]
D. FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN DAULAH ABBASIYAH
Faktor-faktor penyebab kehancuran daulah Abbasiyah tidak datang secara tiba-tiba, benih-benihnya sudah terlihat pada periode pertama, hanya khalifah pada saat periode ini sangat kuat, benih-benih ini tidak sempat berkembang. masing-masing factor tersebut saling berkaitan satu sama lain.
Beberapa diantaranya disebabkan oleh konfil intern dan ekstern, berikut penyebab runtuhnya Daulah Abbasiyah :[17]
1.      Persaingan Antar bangsa.
Khilafah Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang  bersekutu dengan orang-orang Persia. Persekutuan dilator belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada masaBani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu.
2.      Kemerosotan Ekonomi.
Khalifah Abbasiyyah juga mengalami kemunduran  dibidang ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama, pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana  yang masuk lebih besar dari yang keluar, sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi. Setelah khilafah memasuki periode kemunduran, pendapatan Negara menurun,  sementara pengeluaran meningkat lebih besar.
Menurunnya pendapatan Negara itu disebabkan oleh:
-        Makin menyempitnya wilayah kekuasaan;
-        Banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat;
-        Diperingannya pajak;
-         Banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti.
Sedangkan pengeluaran membengkak antara lain disebabkan oleh
-       Kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah,
-       Jenis pengeluaran makin beragam,
-       Para pejabat melakukan korupsi.
3.      Konflik Keagamaan.
Fanatisme keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
4.      Ancaman dari luar.
 Apa yang disebutkan di atas adalah faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
-        Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan Islam
-        Perang salib yang berlangsung  beberapa gelombang atau periode dan menelan banyak korban.
Sebagaimana telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu juga membakar semangat  perlawanan orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun,  di antara komunitas-komunitas Kristen Timur, hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan melibatkan diri dalam tentara Salib itu
Pengaruh Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem. Berbagai faktor yang telah menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib imperium Abbasiyah.

 
BAB III
PENUTUP

1.      Kejayaan Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang luar biasa.
2.      Dari Segi Politik:
a.      Politik pada masa Daulah Abbasiyah mengalami berbagai macam perubahan itu karena keberadaan masyarakatnya yang tidak hanya keturunan Arab, namun ada juga Persia dan Turki menjadi pemicu perubahan politik yang ada. Perubahan politik pada masa ini disesuaikan dengan sosial dan budaya yang ada pada saat itu.
b.      Pada masa awal-awal daulah ini para khalifah benar-benar tokoh yang kuat, mereka tidak hanya para politikus muslim namun juga para cendekiawan yang piawai berbagai macam  ilmu
3.      Dari Segi Intelektual:
a.      Perkembangan intelektual dimulai dengan diterjemahkannya khazanah intelektual Yunani Klasik, seperti filsafat  Aristoteles. Khalifah sendiri telah mengalokasikan anggaran khusus untuk menggaji para penterjemah dari golongan Kristen, kaum Sabi, bahkan para penyembah binatang. Untuk melengkapi kehausan terhadap cabang ilmu,tersebut. Harun Al-Rasyid mendirikan  perpustakaan  yang diberinama ''Bait  Al-Hikmah''. Perpustakaan ini sekaligus berfungsi sebagai pusat penerjemah dan akademi, Cabang ilmu yang diutamakan dalam ''Bait  Al-Hikmah'' adalah filsafat,ilmu kedokteran, matematika, optika, fisika,geografis, astronomi, dan sejarah.
b.      Pada masa ini telah bermunculan tokoh-tokoh intelektual dengan disiplin ilmu masing-masing:
-       Filsafat : Al-Kindi,  Al Farabi, Ibnu Bajah , Ibnu Thufail, Ibnu   Shina ,  Imam Al Ghazali  yang dikenal   sebagai   Hujjatul   Islam,   karangannya:   Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan  lain-lain, Ibnu   Rusd   karangannya   :   Kulliyaat,   Tafsir   Urjuza,   Kasful   Afillah dan  lain-lain
-       Kedokteran: Jabirbin Hayyan  dikenal sebagai bapak Kimia, Hurain   bin   Ishaq   dikenal sebagai ahli   mata   yang   terkenal   disamping   sebagai penterjemah bahasa asing, Ar   Razi   atau   Razes, dengan  karangan   yang   terkenal   mengenai   cacar   dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
-       Ilmu Sejarah dan Geografi : Ibu Ishaq, Ibnu Hisyam, al Waqidi, Ibnu Qutaibah,  al Thabari dan  lain-lain.  dalam bidang ilmu bumi atau geografi ulama yang terkenal : al Yakubi dengan  karyanya al Buldan,  Ibnu Kharzabah dengan bukunya al mawalik wa al Mawalikdan lain-lain
-      Matematika : UmarAl Farukhan: Insinyur ArsitekPembangunan kota Baghdad, Al Khawarizmi : Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar),penemu angka (0).
-       Astronomi : Al Farazi : pencipta Astro lobe, Al Gattani/ Al Betagnius, Abul wafat : menemukan jalan  ketiga dari bulan, Al Farghoni atau Al Fragenius.
-       Seni Ukir : Badr   dan   Tariff,   dan   ada seni   musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
-       Ilmu  Tafsir:   Para   mufassirin  yang   termasyur:   Ibnu  Jarir   ath   Tabary,   Ibnu   Athiyah   al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad  bin Ishak dan lain-lain.
-       Ilmu  Hadist:   Imam   Bukhori  (194-256   H),  Imam   Muslim  (wafat   231   H),   Ibnu   Majah  (wafat   273   H),  Abu   Daud   (wafat   275   H),   At Tarmidzi, dan  lain-lain.
-       Ilmu  Kalam:  Dalam  kenyataannya kaum  Mu’tazilah  berjasa  besar  dalam  menciptakan ilmu   kalam,  diantaranya  para  pelopor  itu  adalah:  Wasil bin  Atha’,  Abu  Huzail  al  Allaf, Adh Dhaam,Abu Hasan Asy’ary,Hujjatul IslamImam Ghazali.
-   Ilmu Tasawuf: Ahli-ahli dan  ulama-ulamanya adalah  : Al Qusyairy  (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah,  Syahabuddin   (wafat   632   H).   Karangannya : Awariful Ma’arif,Imam  Ghazali : Karangannya al Bashut,al Wajiz dan lain-lain.
-       Para Imam Fuqaha, Lahirlah  para Fuqaha yang sampai sekarang  aliran  mereka masih mendapat   tempat   yang   luas   dalam   masyarakat   Islam.   Yang   mengembangkan faham/mazhabnya   dalam   zaman   ini   adalah:   Imam  Abu   Hanifah,   Imam   Malik,  Imam  Syafi’i,Imam  Ahmad  bin Hambal dan Para Imam  Syi’ah (Hasjmy, 1995:276-278).
4.      Dari Segi Moral/Agama:
a.        Secara umum aktifitas dakwah pada dinasti Abbasiyah terjadi dalam dua level, yakni level negara atau penguasa dan level masyarakat. Para khalifah Abbasiyah masa keemasan adalah ulama yang memiliki perhatian dan cinta terhadap ilmu pengetahuan. Mereka selalu mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya penerjemahan ilmu dari berbagai bahasa, melakukan perluasan dan menambah wilayah dakwah, mendorong dan memfasilitasi pembaruan sistem pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah Nidzamiyyah di Baghdad.
b.        Pada level masyarakat, aktifitas dakwah mengalami berkembang secara positif.
Ketika politik kekuasaan negara mulai melemah, namun tidak mengganggu aktifitas dakwah dalam masyarakat. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah selalu penuh dengan kejian ilmiah. Para ulama pada masa ini memiliki peranan dan pengaruh yang cukup besar bahkan terkadang mengalahkan pengaruh para khalifah. Diantara kebanggaan periode Abbasiyah adalah lahirnya empat pendiri mazhab hukum dalam Islam yang pengaruhnya masih ada sampai sekarang.
5.        Faktor Kemajuan  Daulah Bani Abasiyah:
-            Terjadinya   Asimilasi   antara   bangsa   Arab   dan   bangsa-bangsa   lain   yang   lebih   dahulu mengalami   perkembangan   dalam   ilmu   pengetahuan.    
-           Adanya Gerakan Terjemah
6.        Faktor Kemunduran Daulah ini:
-  Persaingan Antar bangsa
-  Kemerosotan Ekonomi.
-        Makin menyempitnya wilayah kekuasaan;
-        Banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu perekonomian rakyat;
-        Diperingannya pajak;
-        Banyaknya dinasti-dinasti kecil yang memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti.
-        Kehidupan para khalifah dan pejabat semakin mewah,
-        Jenis pengeluaran makin beragam,
-       Para pejabat melakukan korupsi
-       Konflik Keagamaan.
-       Ancaman dari luar.


DAFTAR PUSTAKA

A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Bulan Bintang, Jakarta, t.tt)Budi Suherdiman Januardi, Jejak Kegemilangan Umat Islam dalam Pentas Sejarah Dunia,dalam, http://www.kampusislam.comGhufron A. Mas’adi, Terjemahan Indonesia Sejarah Sosial Umat Islam dari judul asli A History of Islamic Societies, (Edisi; I, Cet;I, Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1999)http://imron fauzi wordpress.com/2009/07/16/bani-abasiyah-pada-abad-10-sebuah-pemikiran-di-soso-intelektualitas-peradaban-islam/)
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikhul Islam As Siyasy, Jilid II 
 Ilahi Wahyu dan Hefni Harjani, Pengantar Sejarah Dakwah, (Cet I, Kencana, Jakarta, Oktober 2007, h. 120) 
 Mansur Amin, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Foundation.2004 Hal: 124, Lihat juga dalam Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada 2004 Nakosteen Mehdi, Kontribusi Islam atas dunia intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti. 1996 
Sunanto Musrifah, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta Prenada Mulia 2004.
 Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Ed;I, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006)


[1].Souyb Joesoef, Sejarah Daulah Abasiyah I. Jakarta: Bulan Bintang 1997 Hal 58 (dalam http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/30/kekhalifahan-abbasiyah-minat-intelektual-dan-perkembangan-mazhab-hukum-530013.html)
[2].Amin Mansur, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Foundation.2004 Hal: 124, Lihat juga dalam Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada 2004 Hal 135 (dalam http://imron fauzi wordpress.com/2009/07/16/bani-abasiyah-pada-abad-10-sebuah-pemikiran-di-soso-intelektualitas-peradaban-islam/)
[3] .Ibid Hal 98
[4] . Ibid Hal 102
[5]. Hasan Ibrahim Hasan, Tarikhul Islam As-Siyasy, Jilid II, h.169 (dalam http://imron fauzi wordpress.com/2009/07/16/bani-abasiyah-pada-abad-10-sebuah-pemikiran-di-soso-intelektualitas-peradaban-islam/)
6.Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Ed, I Raja Grafindo Persada, Jakarta, 2006) hal.49
[7] .http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pendidikan-islam-masa-bani-abbasiyah-tanpa dikotomi/
[8].Ibid http://prodibpi................
9. Mehdi Nakosteen, Kontribusi Islam atas dunia intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti. 1996. Hal: 78-97
[10]. A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Bulan Bintang, Jakarta, t.tt) h.350 (dalam http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/30/kekhalifahan-abbasiyah-minat-intelektual-dan-perkembangan-mazhab-hukum-530013.html)
[11]. A.Hasjmy, Op. Cit h.351
[12] .Ibid
[13] .Wahyu Ilahi dan Harjani Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Cet I, Kencana, Jakarta, Oktober 2007, h. 120)
[14] Ghufron A, Mas’adi, A. History of Islamic Societies, Terjemahan Indonesia Sejarah Sosial Umat Islam, Edisi I Cet. I Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1999) h. 254
[15]. Ibid, H. 251
[16] .Ibid H. 254
[17] .Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta Prenada Mulia 2004. Hal 178

1 komentar:

  1. Casinos Near Harrah's Casino and Spring Mountain, IA - Mapyro
    A map showing 문경 출장마사지 casinos and other gaming facilities located 용인 출장샵 near Harrah's Casino 남원 출장샵 and Spring Mountain, IA. 서산 출장안마 This 당진 출장샵 casino is located on Harrah's Casino West.

    BalasHapus