SEJARAH
PEMIKIRAN DAN PERADABAN ISLAM
PERIODE
DAULAH BANI ABBASIYAH
(INTELEKTUAL
DAN MORAL)
Makalah
disusun untuk memenuhi tugas mata kuliah
Sejarah
pemikiran dan peradaban islam
Dosen
Pengampu:
Prof.
Dr. H. Siswanto Masruri, MA
Rido
Kurnianto, M.Ag
DISUSUN OLEH:
DWI TANTO SUNAR WAHYU NANDA
NIM: 13160017
Dan
ARIFUDDIN KHOIRONI
NIM:
13160012
MAHASISWA
PROGRAM PASCA SARJANA
FAKULTAS
PENDIDIKAN AGAMA ISLAM
UNIVERSITAS
MUHAMMADIYAH
PONOROGO
TAHUN
2013
BAB 1
PENDAHULUAN
A.
LATAR
BELAKANG
Sejarah mencatat bahwa Daulat Bani
Abbasiyah merupakan generasi masyarakat yang punya kesadaran yang tinggi akan
ilmu, hal ini ditunjukkan masyarakatnya yang sangat antusias dalam mencari
ilmu. Keberadaan perpustakaan-perpustakaan pribadi yang dibuka untuk umum dan
juga hadirnya perpustakaan Bayt al-Hikmah yang disponsori oleh khalifah pada
waktu yang membantu dalam menciptakan iklim akademik yang kondusif. Tak heran
jika kita menemukan tokoh-tokoh besar yang lahir pada masa ini. Tradisi
intelektual inilah yang seharusnya kita contoh, sebagai usaha sadar keilmuan
kita dalam mengejar ketertinggalan dan ini segera lepas dari keterpurukan.
Masa kekuasaan Daulat Abbasiyah yang
berlangsung lebih dari lima Abad (750- 1258 M) dinilai sebagai kekhalifahan
Islam yang mencapai tingkat tamaddun yang menakjubkan dimana dakwah Islam di
masa ini dapat mengembangkan ajarannya secara lebih luas dalam berbagai aspek
kehidupan masyarakat. [1]
Dinasti
Abbasiyah merupakan kekhalifahan Islam yang mewarisi kekuasaan bin Abdullah bin Abbas. Dalam rentang waktu
masa kekuasaannya, pola pemerintahan yang diterapkan selalu mengalami perubahan
yang disesuaikan dengan sosial, politik dan budaya. Perubahan-perubahan
politik, sosial, dan budaya dalam masa lima ratus tahun lebih tersebut membagi
daulah Abbasiyah dalam lima periode:
1. Periode Pertama (32 H/750 M – 232 H/847 M)
disebut dengan periode pengaruh Persia Pertama
2. Periode Kedua (232 H/847 M – 334 H/945M)
disebut dengan Pengaruh Turki Pertama
3. Periode Ketiga (334 H/945 M – 447 H/1055 M)
masa kekuasaan dinasti Buwaih dalam pemerintahan Khalifah Abbasiyah biasanya
disebut dengan masa pengaruh Persia Kedua.
4. Periode Keempat (447 H.1055M – 590H/1194M),
masa kekuasaan dinasti Bani sejak dalam pemerintahan khalifah Abbasiyah,
biasanya disebut juga dengan masa pengaruh Turki kedua.
5. Periode Kelima (590 H/1194 M – 656 H/1258 M),
masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti lain, tetapai kekuasaannya hanya
efektif di sekitar kota Baghdad.
Disamping sistem pemerintahan yang
panjang, penulis kagum dengan munculnya beberapa ilmuan yang ahli dalam bidang
masing-masing. Oleh karena itu penulis tertarik untuk membahas tentang
perkembangan intelektual dan moral yang muncul pada masa daulah abbasiyah.
B. RUMUSAN MASALAH
Dari
judul di atas penulis telah menentukan rumusan masalah sebagai berikut:
1. Sejauh
mana kemajuan yang telah dicapai Daulah Bani Abbasiyah di bidang Pemerintahan,
Intelektual dan Moral?
2. Apa
Saja Faktor yang mempengaruhi kemajuan dan kemunduran pada masa Bani Abbasiyah?
3. Pelajaran-pelaran
apa yang bisa diambil dari Masa Keemasan Daulah Bani Abbasiyah?
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
SISTEM PEMERINTAHAN DAULAH ABBASIYAH
Pada
zaman Dinasti Bani
Abbasiyah, pola pemerintahan yang
diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik,
sosial, ekonomi dan
budaya.
1. Para Khalifah
tetap dari keturunan
Arab, sedang para
menteri, panglima, Gubernur dan
para pegawai lainnya dipilihdari keturunan Persia dan mawali .
2. Kota
Baghdad digunakan sebagai ibu kota negara, yangmenjadi pusat kegiatan politik, ekonomi
sosial dan kebudayaan.
3. Ilmu
pengetahuan dipandang sebagai suatu yang sangat penting dan mulia .
4. Kebebasan
berfikir sebagai HAM diakui sepenuhnya .
5. Para menteri
turunan Persia diberi
kekuasaan penuh untuk
menjalankan tugasnya dalam pemerintah
.
Pada
masa awal berdirinya
Daulah Abbasiyah ada
2 tindakan yang
dilakukan oleh para Khalifah
Daulah Bani Abbasiyah
untuk mengamankan dan
mempertahankan dari kemungkinan
adanya gangguan atau
timbulnya pemberontakan yaitu
:[3]
1. Tindakan
keras terhadap Bani Umayah .
2. Pengutamaan orang-orang turunan persi.
Dalam
menjalankan pemerintahan, Khalifah
Bani Abbasiyah pada
waktu itu dibantu oleh
seorang wazir (perdana
mentri) atau yang
jabatanya disebut dengan
wizaraat. Sedangkan wizaraat itu
dibagi lagi menjadi
2 yaitu[4]:
1. Wizaraat Tanfiz
(system pemerintahan presidentil
) yaitu wazir
hanya sebagai pembantu
Khalifah dan bekerja
atas nama Khalifah.
2. Wizaaratut Tafwidl
(parlemen kabimet). Wazirnya berkuasa penuh untuk memimpin pemerintahan
. Sedangkan Khalifah sebagai
lambang saja . Pada
kasus lainnya fungsi
Khalifah sebagai pengukuh
Dinasti-Dinasti lokal sebagai
gubernurnya Khalifah
Selain itu, untuk membantu Khalifah
dalam menjalankan tata usaha negara diadakan sebuah dewan
yang bernama diwanul
kitaabah (sekretariat negara)
yang dipimpin oleh seorang
raisul kuttab (sekretaris
negara). Dan dalam
menjalankan pemerintahan negara, wazir dibantu beberapa raisul diwan (menteri departemen-departemen). Tata usaha Negara
bersifat sentralistik yang dinamakan an-nidhamulidaryal-markazy. Selain itu,
dalam zaman daulah
Abbassiyah juga didirikan angkatan
perang, amirul umara, baitul maal,
organisasi kehakiman., Selama
Dinasti ini berkuasa,
pola pemerintahan yang diterapkan berbeda-beda sesuai
dengan perubahan politik,
sosial, ekonomi dan budaya.[5]
Selanjutnya kekuasaan
Politik sosial, ekonomi dan budaya selama
kekuasaan daulah Abbasiyah di kelompokkan menjad 5 masa
yaitu:[6]
1. Masa Abbasy
I, yaitu semenjak
lahirnya Daulah Bani
Abbasiyah tahun 750
M, sampai meninggalnya Khalifah al-Wasiq (847 M).
2. Masa Abbasy
II, yaitu mulai
Khalifah al-Mutawakkal (847 M),
sampai berdirinya daulah
Buwaihiyah di Baghdad (946 M).
3. Masa Abbasy
III, yaitu dari
berdirinya daulah Buwaihiyah
tahun (946 M)
sampai masuk kaum Seljuk ke Baghdad (1055M).
4. Masa
Abbasy IV, yaitu masuknya orang-orang
Seljuk ke Baghdad (1055 M), dalam pemerintahan khilafah Abbasiyah ; biasanya
disebut juga dengan masa pengaruh Turki (l194 M)
5. Masa
Abbasy V, yaitu masa khalifah bebas dari pengaruh dinasti
lain, tetapi kekuasaannya hanya efektif di sekitar kota Bagdad (1055 M), sampai
jatuhnya Baghdad ke tangan Tartar dibawah pimpinan Hulako (1268M).
Politik pada masa Daulah Abbasiyah
mengalami berbagai macam perubahan itu karena keberadaan masyarakatnya yang
tidak hanya keturunan Arab, namun ada juga Persia dan Turki menjadi pemicu
perubahan politik yang ada. Perubahan politik pada masa ini disesuaikan dengan
sosial dan budaya yang ada pada saat itu. Pada masa awal-awal daulah ini para
khalifah benar-benar tokoh yang kuat, mereka tidak hanya para politikus muslim
namun juga para cendekiawan yang piawai berbagai macam ilmu.
B. PERKEMBANGAN INTELEKTUAL PADA MASA BANI ABBASIYAH
Di masa Dinasti Abbasiyah, dunia kebudayaan dan ilmu pengetahuan ikut berkembang pesat. Hal ini
dibuktikan dengan dukungan kuat dari para khalifah, terutama Harun Al-Rasyid,
dan Al-Ma'mun terhadap ilmu pengetahuan.
Sedangkan perkembangan intelektual dimulai dengan diterjemahkannya khazanah intelektual
Yunani Klasik, seperti filsafat
Aristoteles. Khalifah sendiri telah mengalokasikan anggaran khusus untuk
menggaji para penterjemah dari golongan Kristen, kaum Sabi, bahkan para
penyembah bintang. Untuk melengkapi kehausan terhadap cabang ilmu,tersebut. Harun
Al-Rasyid mendirikan perpustakaan yang diberinama ''Bait Al-Hikmah''. Perpustakaan ini sekaligus
berfungsi sebagai pusat penerjemah dan akademi, Cabang ilmu yang diutamakan dalam
''Bait Al-Hikmah'' adalah filsafat,ilmu kedokteran,
matematika, optika, fisika,geografis, astronomi, dan sejarah.
Pada
masa itu, cendikiawan Islam bukan saja menguasai ilmu pengetahuan dan
filsafat Yunani, tapi juga menambahkan
kedua ilmutersebutdari hasil-hasil penelitian di lapangan. Sehingga masa Abbasiyah bermunculan ahli ilmu pengetahuan
dan filosof islam
Perkembangan Ilmu
pengetahuan dan teknologi
mencapai puncak kejayaan
pada masa pemerintahan Harun
ar-Rasyid, kemajuan intelektual
pada waktu itu setidaknya dipengaruhi
oleh dua hal yaitu[7]:
1. Terjadinya Asimilasi
antara bangsa Arab
dan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam
ilmu pengetahuan. Pengaruh
Persia pada saat
itu sangat penting dibidang
pemerintahan. selain itu
mereka banyak berjasa
dalam perkembangan ilmu filsafat
dan sastra. Sedangkan pengaruh
Yunani masuk melalui terjemah-terjemah dalam banyak bidang
ilmu, terutama Filsafat.
2. Gerakan
Terjemah
Pada masa
daulah ini usaha
penerjemahan kitab-kitab asing
dilakukan dengan giat sekali.
Pengaruh gerakan terjemahan
terlihat dalam perkembangan ilmu pengetahuan umum terutama
di bidang astronomi,
kedokteran, filsafat, kimia
dan sejarah. Dari gerakan ini muncullah tokoh-tokoh Islam
dalam ilmu pengetahuan, antara lain ;
a. Bidang filsafat:
al-Kindi, al-Farabi, Ibnu
Bajah, Ibnu Tufail,
Ibnu Sina, al-Ghazali,Ibnu Rusyid.
b. Bidang
kedokteran: Jabiribnu Hayan, Hunain bin
Ishaq, Tabibbin Qurra,Ar-Razi.
c. Bidang
Matematika: Umaral-Farukhan , al-Khawarizmi.
d. Bidang
Astronomi: al-Fazari,al-Battani, Abul watak, al-Farghoni dan sebagainya.
Dari hasil ijtihad dan semangat riset,
maka para ahli pengetahuan, para alim ulama, berhasil menemukan
berbagai keahlian berupa
penemuan berbagai bidang-bidang ilmu pengetahuan, antara lain[8]
:
A. Ilmu Umum
a. Ilmu
Filsafat
-
Al-Kindi (809-873 M) buku karangannya sebanyak 236 judul.
-
Al Farabi (wafat
tahun 916 M) dalam usia 80 tahun.
-
Ibnu Bajah (wafat tahun
523 H)
-
Ibnu Thufail (wafat tahun 581 H)
- Ibnu Shina
(980-1037 M). Karangan-karangan yang
terkenal antara lain:
Shafa, Najat, Qoman, Saddiya dan lain-lain
- Al
Ghazali (1085-1101 M).
Dikenal sebagai Hujjatul
Islam, karangannya: Al Munqizh Minadl-Dlalal,Tahafutul
Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan lain-lain
- Ibnu Rusd (1126-1198
M). Karangannya :
Kulliyaat, Tafsir Urjuza,
Kasful Afillah dan lain-lain
b. Bidang
Kedokteran
-
Jabirbin Hayyan (wafat 778 M). Dikenal sebagai bapak Kimia.
-
Hurain bin
Ishaq (810-878 M).
Ahli mata yang
terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing.
-
Thabib bin Qurra
(836-901M)
-
Ar Razi
atau Razes (809-873
M). Karangan yang
terkenal mengenai cacar
dan campak yang diterjemahkan dalam bahasa latin.
c. Ilmu
Sejarah dan Geografi
-
Ibu Ishaq, Ibnu
Hisyam,
-
al Waqidi, Ibnu
Qutaibah,
-
al Thabari dan lain-lain.
Dalam
bidang ilmu bumi atau geografi ulama yang terkenal :
-
al Yakubi dengan
karyanya al Buldan,
-
Ibnu Kharzabah
dengan bukunya al mawalik wa al Mawalikdan lain-lain
d. Bidang
Matematika
-
UmarAl Farukhan:
Insinyur ArsitekPembangunan kota Baghdad.
-
Al Khawarizmi :
Pengarang kitab Al Gebra (Al Jabar),penemu angka (0).
e. Bidang
Astronomi berkembang subur di kalangan
umat Islam, sehingga banyak para ahli
yang terkenal dalam perbintangan
ini seperti :
-
Al Farazi :
pencipta Astro lobe
-
Al Gattani/ Al
Betagnius
-
Abul wafat :
menemukan jalan ketiga dari bulan
-
Al Farghoni atau
Al Fragenius
f. Bidang
Seni Ukir Beberapa seniman
ukir terkenal:
-
Badr dan
Tariff (961-976 M)
dan ada
g. seni
musik, seni tari, seni pahat, seni sulam, seni lukis dan seni bangunan.
B.
Ilmu
Naqli
a. Ilmu Tafsir,
Para mufassirin yang
termasyur: Ibnu Jarir
ath Tabary, Ibnu
Athiyah al Andalusy (wafat 147 H),
As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain
b. Ilmu Hadist,
Muncullah ahli-ahli hadist
ternama seperti: Imam
Bukhori (194-256 H), Imam Muslim
(wafat 231 H),
Ibnu Majah (wafat
273 H), Abu
Daud (wafat 275
H), At Tarmidzi, dan lain-lain
c. Ilmu Kalam,
Dalam kenyataannya kaum Mu’tazilah
berjasa besar dalam
menciptakan ilmu kalam, diantaranya
para pelopor itu
adalah: Wasil bin Atha’,
Abu Huzail al
Allaf, Adh Dhaam,Abu Hasan Asy’ary,Hujjatul IslamImam Ghazali
d. Ilmu
Tasawuf, Ahli-ahli dan ulama-ulamanya
adalah : Al Qusyairy (wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul
Qusyairiyah, Syahabuddin (wafat
632 H). Karangannya : Awariful Ma’arif,Imam Ghazali : Karangannya al Bashut,al Wajiz dan
lain-lain.
e. Para
Imam Fuqaha, Lahirlah para Fuqaha yang
sampai sekarang aliran mereka masih mendapat tempat
yang luas dalam
masyarakat Islam. Yang
mengembangkan faham/mazhabnya
dalam zaman ini
adalah: Imam Abu
Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i,Imam Ahmad
bin Hambal dan Para Imam Syi’ah
(Hasjmy, 1995:276-278).
Menurut
penulis, lahirnya berbagai macam disiplin ilmu di masa Abbasiyah yang tidak
hanya ilmu agama namun juga ilmu umum
menandakan bahwa masyarakat Islam pada waktu itu mengalami kemajuan intelektual
yang cukup membanggakan. Dan ini sebagai bukti bahwa kaum muslimin pada saat
itu bukan hanya intelek dalam bidang agama tetapi juga dalam bidang umum
seperti kedokteran, ilmu geografi, filsafat. Ini menandakan bahwa tidak ada
dikotomi dalam ilmu entah itu ilmu umum atau ilmu pengetahuan agama. Karena
masing-masing merupakan elemen pendukung bagi disiplin ilmu yang lain yang
saling memiliki keterkaitan dan hubungan yang tidak bisa dipisahkan.
Penulis
berpendapat bahwa jika ilmu agama dan umum dipandang sebagai satu-kesatuan yang
utuh maka kemajuan ummat Islam dewasa ini akan bisa menyamai seperti kemajuan
intelektual pada masa kejayaan Islam yaitu Daulah Abbasiyah. Hal yang
terpenting yang ditangkap dalam perkembangan peradaban tersebut adalah minat
intelektual yang cukup tinggi dari penguasa kekhalifahan.
Periode
dinasti Abbasiyah tercatat sebagai kekhalifaan Islam yang berkontribusi besar
menanamkan benih-benih intelektual dan dianggap sebagai periode keemasan dalam
kekhalifaan Islam. Perkambangan kekuasaan Abbasiyah tidak hanya dalam perluasan
wilayah secara administratif dan geografis, tetapi jauh lebih penting adalah
kemajuan dan perkembangan ilmu pengetahuan yang kelak menjadi warisan peradaban
dunia modern, bahkan menjadi fakta sejarah yang tidak terbantahkan.
C.
PERKEMBANGAN MORAL PADA MASA BANI ABBASIYAH
Masa kekuasaan daulat
Abbasiyah yang berlangsung lebih dari lima abad (750-1258 M) dinilai sebagai
kekhalifaan Islam yang mencapai tingkat tamaddun yang menakjubkan dimana dakwah
Islam di masa ini dapat mengembangkan ajarannya secara lebih luas dalam
berbagai aspek kehidupan masyarakatnya.[10]
Pada masa ini kota
Baghdad, Basrah dan Kuffah merupakan pusat-pusat kegiatan dakwah dalam arti
yang luas. Penguasa kekhalifaan Abbasiyah adalah para pecinta ilmu dan sangat
memuliakan ulama-ulama serta para pujangga. Para putera khalifah diberikan
pendidikan khusus oleh ulama dan pujangga dengan harapan mendapat pengetahuan
keagamaan yang luas dan kelak akan menjadi ulama dan pujangga.[11]
Kebebasan berfikir
merupakan ciri khas dari periode ini, dan para khalifah sengaja membiarkan hal
ini tetap terjadi. Perbedaan berfikir ini nampak pada beberapa petinggi
kekhalifaan yang berbeda aliran, seperti Khalifah al-Makmun yang beraliran
syi’ah, sedangkan Perdana Menteri Yahyan bin Aksam beraliran sunnah dan seorang
menteri bernama Ahmad bin Abu Daud beraliran Muktazilah.[12] Demikian berkembangnya kemerdekaan berfikir di
zaman itu sehingga seseorang tidak boleh dipaksa menganut satu aliran tertentu. Pada masa ini juga dilakukan
pengembangan dakwah kedaerah-daerah India yang beragama Hindu yang pernah
dilakukan pada masa sebelumnya.
Secara umum aktifitas dakwah pada dinasti Abbasiyah terjadi dalam dua
level, yakni level negara atau penguasa dan level masyarakat. Para khalifah
Abbasiyah masa keemasan adalah ulama yang memiliki perhatian dan cinta terhadap
ilmu pengetahuan. Mereka selalu mendorong dan memfasilitasi upaya-upaya
penerjemahan ilmu dari berbagai bahasa, melakukan perluasan dan menambah
wilayah dakwah, mendorong dan memfasilitasi pembaruan sistem pendidikan dengan
munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah Nidzamiyyah di Baghdad.[13]
Pada level masyarakat, aktifitas dakwah mengalami berkembang
secara positif. Ketika politik kekuasaan negara mulai melemah, namun tidak
mengganggu aktifitas dakwah dalam masyarakat. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah
selalu penuh dengan kejian ilmiah. Para ulama pada masa ini memiliki peranan
dan pengaruh yang cukup besar bahkan terkadang mengalahkan pengaruh para
khalifah.[14] Diantara kebanggaan periode Abbasiyah adalah lahirnya empat
pendiri mazhab hukum dalam Islam yang pengaruhnya masih ada sampai sekarang.
Mazhab-mazhab hukum berakar pada kelompok-kelompok ulama
akhir abad ketujuh yang teguh pada doktrin hukum dan metode analisis hukum.
Sekitar abad kesembilan mazhab-mazhab tersebut telah benar-benar berdiri
sebagai agen-agen administrasi hokum dan menyebar luas ke seluruh wilayah
Abbasiyah.
Mazhab hukum Hanafi bermula di Irak dan dalam waktu yang sangat singkat
telah tegak di Iran Barat dan Transoxinia. Mazhab Syafi’i pertama kali
berkembang di Mesir, tetapi sekitar abad kesepuluh mazhab ini berkembang di
Syiria, Baghdad dan seluruh kota-kota penting di Iran Barat, Khurasan, dan
Transoxania.
Mazhab-mazhab tersebut disatukan oleh para penuntut ilmu (murid) yang
berdatangan dari jauh untuk belajar dengan sang guru serta keinginan
mendapatkan sertifikasi yang mengesahkan pengetahuan mereka atas sejumlah
kitab-kitab yang telah dipelajari. Setelah mendapatkan pengetahuan yang cukup
dari sejumlah guru yang berbeda, seorang murid yang telah cakap akhirnya
berguru kepada seorang guru besar yang akan menjadikannya seorang murid yang
berhasil. Aktifitas ini berlangsung secara informal namun efektif untuk menjaga
identitas dari mazhab-mazhab yang berkembang.[15]
Dari sisi yang lain kurikulum madrasah mengalami perkembangan yang
bervariasi, namun mayoritas pengajarannya adalah masalah hukum. Dalam waktu
singkat, pendidikan madrasah dijadikan standar bagi umat muslim – khususnya
sunni –sebagai sayarat keanggotaan organisasi keagamaan dan aktivitas legal
lainnya. Madrasah juga menjadi pusat-pusat pengajaran mazhab hukum Islam serta
gerakan keagamaan yang sangat popular.
Mazhab Hambali adalah mazhab yang pertama kali secara informal masuk
menjadi sebuah gerakan sektarian dan sangat berpengaruh. Mazhab ini menolak
upaya khalifah Abbasiyah untuk mengesahkan sebuah doktrin keagamaan. Mereka
menolak klaim khalifah al-Makmun atas otoritas keagamaan dan mereka bersitegas
bahwa ketundukan kepada khalifah hanya berlaku untuk urusan kenegaraan,
sedangkan otoritas keagamaan berada di tangan ulama. Sepanjang abad kesembilan
dan kesepuluh, juru dakwah Mazhab Hambali terus menerus meningkatkan sejumlah
demonstrasi untuk menentang kebijakan khalifah, sehingga warga Hambali tumbuh
menjadi sebuah partai yang sangat sibuk dengan upaya memberlakukan pandangan
keagamaan mereka sendiri.[16]
D.
FAKTOR-FAKTOR KEMUNDURAN DAULAH ABBASIYAH
Faktor-faktor penyebab kehancuran daulah
Abbasiyah tidak datang secara tiba-tiba, benih-benihnya sudah terlihat pada
periode pertama, hanya khalifah pada saat periode ini sangat kuat, benih-benih
ini tidak sempat berkembang. masing-masing factor tersebut saling berkaitan
satu sama lain.
Beberapa diantaranya disebabkan oleh konfil
intern dan ekstern, berikut penyebab runtuhnya Daulah Abbasiyah :[17]
1. Persaingan
Antar bangsa.
Khilafah
Abbasiyah didirikan oleh Bani Abbas yang bersekutu dengan orang-orang Persia.
Persekutuan dilator belakangi oleh persamaan nasib kedua golongan itu pada
masaBani Umayyah berkuasa. Keduanya sama-saama tertindas. Setelah khilafah
Abbasiyyah berdiri, dinasti Bani Abbas tetap mempertahankan persekutuan itu.
2. Kemerosotan
Ekonomi.
Khalifah
Abbasiyyah juga mengalami kemunduran dibidang
ekonomi bersamaan dengan kemunduran di bidang politik. Pada periode pertama,
pemerintahan Bani Abbas merupakan pemerintahan yang kaya. Dana yang masuk lebih besar dari yang keluar,
sehingga Bait al-Mal penuh dengan harta. Pertambahan dana yang besar diperoleh
dari al-Kharaj, semacam pajak hasil bumi. Setelah khilafah memasuki periode
kemunduran, pendapatan Negara menurun, sementara
pengeluaran meningkat lebih besar.
Menurunnya
pendapatan Negara itu disebabkan oleh:
- Makin menyempitnya wilayah kekuasaan;
- Banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat;
- Diperingannya pajak;
- Banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti.
Sedangkan pengeluaran membengkak antara
lain disebabkan oleh
- Kehidupan
para khalifah dan pejabat semakin mewah,
- Jenis
pengeluaran makin beragam,
- Para
pejabat melakukan korupsi.
3. Konflik
Keagamaan.
Fanatisme
keagamaan berkaitan erat dengan persoalan kebangsaan. Karena cita-cita orang
Persia tidak sepenuhnya tercapai, kekecewaan mendorong sebagian mereka
mempropagandakan ajaran Manuisme, Zoroasterisme dan Mazdakisme. Gerakan ini
dikenal dengan gerakan Zindiq yang menyebabkan menurut para khalifah dan
orang-orang yang beriman harus diberantas, sehingga menyebabkan konflik
diantara keduanya, mulai polemik tentang ajaran hingga berlanjut kepada konflik
bersenjata yang menumpahkan darah dari kedua belah pihak.
4. Ancaman
dari luar.
Apa yang disebutkan di atas adalah
faktor-faktor internal. Disamping itu, ada pula factor-faktor eksternal yang
menyebabkan khalifah Abbasiyah lemah dan akhirnya hancur.
- Serangan tentara Mongol ke wilayah kekuasaan
Islam
- Perang salib yang berlangsung beberapa gelombang atau periode dan menelan
banyak korban.
Sebagaimana
telah disebutkan, orang-orang Kristen Eropa terpanggil untuk ikut berperang
setelah Paus Urbanus II (1088-1099 M) mengeluarkan fatwanya. Perang Salib itu
juga membakar semangat perlawanan
orang-orang Kristen yang berada di wilayah kekuasaan Islam. Namun, di antara komunitas-komunitas Kristen Timur,
hanya Armenia dan Maronit Lebanon yang tertarik dengan dengan Perang Salib dan
melibatkan diri dalam tentara Salib itu
Pengaruh
Salib juga terlihat dalam penyerbuan tentara Mongol. Disebutkan bahwa Hulagu
Khan, panglima tentara Mongol, sangat membenci Islam karena ia banyak
dipengaruhi oleh orang-orang Budha dan Kristen Nestorian. Gereja-gereja Kristen
berasosiasi dengan orang-orang Mongol yang anti-Islam itu dan diperkeras di
kantong-kantong ahl al-kitab. Tentara Mongol, setelah menghancur leburkan
pusat-pusat Islam, ikut memperbaiki yerussalem. Berbagai faktor yang telah
menyokong tegaknya imperium Abbasiyah, yakni kalangan elite imperium dan
bentuk-bentuk kulturnya, sekaligus juga menyokong kehancuran dan transformasi
imperium tersebut. Bahkan kemerosotan Abbasiyah telah berlangsung disaat
berlangsung konsolidasi. Ketika rezim ini sedang memperkuat militernya dan
institusi pemerintahan, dan sedang mendorong sebuah kemajuan ekonomi dan
kultur, terjadi beberapa peristiwa yang pada akhirnya mengharubirukan nasib
imperium Abbasiyah.
BAB
III
PENUTUP
1. Kejayaan
Islam pada masa Dinasti Abbasiyah mencerminkan bahwa Islam adalah agama yang
luar biasa.
2. Dari
Segi Politik:
a.
Politik pada
masa Daulah Abbasiyah mengalami berbagai macam perubahan itu karena keberadaan
masyarakatnya yang tidak hanya keturunan Arab, namun ada juga Persia dan Turki
menjadi pemicu perubahan politik yang ada. Perubahan politik pada masa ini
disesuaikan dengan sosial dan budaya yang ada pada saat itu.
b.
Pada masa
awal-awal daulah ini para khalifah benar-benar tokoh yang kuat, mereka tidak
hanya para politikus muslim namun juga para cendekiawan yang piawai berbagai
macam ilmu
3. Dari
Segi Intelektual:
a.
Perkembangan intelektual
dimulai dengan diterjemahkannya khazanah intelektual Yunani Klasik, seperti filsafat Aristoteles. Khalifah sendiri telah mengalokasikan
anggaran khusus untuk menggaji para penterjemah dari golongan Kristen, kaum Sabi,
bahkan para penyembah binatang. Untuk melengkapi kehausan terhadap cabang ilmu,tersebut.
Harun Al-Rasyid mendirikan
perpustakaan yang diberinama ''Bait Al-Hikmah''. Perpustakaan ini sekaligus
berfungsi sebagai pusat penerjemah dan akademi, Cabang ilmu yang diutamakan dalam
''Bait Al-Hikmah'' adalah filsafat,ilmu kedokteran,
matematika, optika, fisika,geografis, astronomi, dan sejarah.
b.
Pada masa ini
telah bermunculan tokoh-tokoh intelektual dengan disiplin ilmu masing-masing:
- Filsafat
: Al-Kindi, Al Farabi, Ibnu Bajah , Ibnu
Thufail, Ibnu Shina , Imam Al Ghazali yang dikenal
sebagai Hujjatul Islam,
karangannya: Al Munqizh
Minadl-Dlalal,Tahafutul Falasifah, Mizanul Amal, Ihya Ulumuddin dan lain-lain, Ibnu Rusd
karangannya : Kulliyaat,
Tafsir Urjuza, Kasful
Afillah dan lain-lain
- Kedokteran:
Jabirbin Hayyan dikenal sebagai bapak
Kimia, Hurain bin Ishaq
dikenal sebagai ahli mata yang
terkenal disamping sebagai penterjemah bahasa asing, Ar Razi
atau Razes, dengan karangan
yang terkenal mengenai
cacar dan campak yang
diterjemahkan dalam bahasa latin.
- Ilmu Sejarah dan
Geografi : Ibu Ishaq, Ibnu Hisyam, al Waqidi, Ibnu
Qutaibah, al Thabari dan lain-lain. dalam bidang ilmu bumi atau geografi ulama
yang terkenal : al Yakubi dengan
karyanya al Buldan, Ibnu
Kharzabah dengan bukunya al mawalik wa al Mawalikdan lain-lain
- Matematika : UmarAl
Farukhan: Insinyur ArsitekPembangunan kota Baghdad, Al Khawarizmi : Pengarang
kitab Al Gebra (Al Jabar),penemu angka (0).
- Astronomi
: Al Farazi : pencipta Astro lobe, Al Gattani/ Al Betagnius, Abul wafat :
menemukan jalan ketiga dari bulan, Al
Farghoni atau Al Fragenius.
- Seni Ukir
: Badr dan Tariff,
dan ada seni musik, seni tari, seni pahat, seni sulam,
seni lukis dan seni bangunan.
- Ilmu Tafsir: Para
mufassirin yang termasyur:
Ibnu Jarir ath
Tabary, Ibnu Athiyah
al Andalusy (wafat 147 H), As Suda, Mupatil bin Sulaiman (wafat 150 H), Muhammad bin Ishak dan lain-lain.
- Ilmu Hadist: Imam
Bukhori (194-256 H),
Imam Muslim (wafat
231 H),
Ibnu Majah (wafat
273 H), Abu
Daud (wafat 275
H), At Tarmidzi, dan lain-lain.
- Ilmu Kalam: Dalam
kenyataannya kaum Mu’tazilah berjasa
besar dalam menciptakan ilmu kalam,
diantaranya para pelopor
itu adalah: Wasil bin
Atha’, Abu Huzail
al Allaf, Adh Dhaam,Abu Hasan Asy’ary,Hujjatul
IslamImam Ghazali.
- Ilmu Tasawuf:
Ahli-ahli dan ulama-ulamanya adalah : Al Qusyairy
(wafat 465 H). Karangannya : ar Risalatul Qusyairiyah, Syahabuddin
(wafat 632 H). Karangannya
: Awariful Ma’arif,Imam Ghazali :
Karangannya al Bashut,al Wajiz dan lain-lain.
- Para Imam Fuqaha,
Lahirlah para Fuqaha yang sampai
sekarang aliran mereka masih mendapat tempat
yang luas dalam
masyarakat Islam. Yang
mengembangkan faham/mazhabnya
dalam zaman ini
adalah: Imam Abu
Hanifah, Imam Malik,
Imam Syafi’i,Imam Ahmad
bin Hambal dan Para Imam Syi’ah
(Hasjmy, 1995:276-278).
4. Dari
Segi Moral/Agama:
a.
Secara umum aktifitas dakwah pada dinasti
Abbasiyah terjadi dalam dua level, yakni level negara atau penguasa dan level
masyarakat. Para khalifah Abbasiyah masa keemasan adalah ulama yang memiliki
perhatian dan cinta terhadap ilmu pengetahuan. Mereka selalu mendorong dan
memfasilitasi upaya-upaya penerjemahan ilmu dari berbagai bahasa, melakukan
perluasan dan menambah wilayah dakwah, mendorong dan memfasilitasi pembaruan
sistem pendidikan dengan munculnya Madrasah Nidzamul Muluk dan Madrasah
Nidzamiyyah di Baghdad.
b.
Pada level masyarakat, aktifitas dakwah mengalami
berkembang secara positif.
Ketika politik
kekuasaan negara mulai melemah, namun tidak mengganggu aktifitas dakwah dalam
masyarakat. Masjid-masjid dan sekolah-sekolah selalu penuh dengan kejian
ilmiah. Para ulama pada masa ini memiliki peranan dan pengaruh yang cukup besar
bahkan terkadang mengalahkan pengaruh para khalifah. Diantara kebanggaan periode Abbasiyah
adalah lahirnya empat pendiri mazhab hukum dalam Islam yang pengaruhnya masih
ada sampai sekarang.
5. Faktor Kemajuan Daulah Bani Abasiyah:
-
Terjadinya
Asimilasi antara bangsa
Arab dan bangsa-bangsa lain
yang lebih dahulu mengalami perkembangan dalam
ilmu pengetahuan.
-
Adanya Gerakan Terjemah
6. Faktor Kemunduran Daulah ini:
-
Persaingan Antar bangsa
- Kemerosotan Ekonomi.
- Makin menyempitnya wilayah kekuasaan;
- Banyaknya terjadi kerusuhan yang mengganggu
perekonomian rakyat;
- Diperingannya pajak;
- Banyaknya dinasti-dinasti kecil yang
memerdekakan diri dan tidak lagi membayar upeti.
- Kehidupan para khalifah dan pejabat semakin
mewah,
- Jenis pengeluaran makin beragam,
- Para
pejabat melakukan korupsi
- Konflik
Keagamaan.
- Ancaman
dari luar.
DAFTAR PUSTAKA
Hasan Ibrahim Hasan, Tarikhul Islam As Siyasy, Jilid II
Ilahi Wahyu dan Hefni Harjani, Pengantar Sejarah Dakwah, (Cet I, Kencana, Jakarta, Oktober 2007, h. 120)
Mansur Amin, Sejarah Peradaban Islam. Bandung: Indonesia Spirit Foundation.2004 Hal: 124, Lihat juga dalam Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Raja Grafindo Persada 2004 Nakosteen Mehdi, Kontribusi Islam atas dunia intelektual Barat: Deskripsi Analisis Abad Keemasan Islam, Surabaya: Risalah Gusti. 1996
Sunanto Musrifah, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu Pengetahuan Islam, Jakarta Prenada Mulia 2004.
Yatim, Sejarah Peradaban Islam, (Ed;I, RajaGrafindo Persada, Jakarta, 2006)
[1].Souyb Joesoef, Sejarah Daulah Abasiyah I. Jakarta:
Bulan Bintang 1997 Hal 58 (dalam http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/30/kekhalifahan-abbasiyah-minat-intelektual-dan-perkembangan-mazhab-hukum-530013.html)
[2].Amin Mansur, Sejarah Peradaban Islam. Bandung:
Indonesia Spirit Foundation.2004 Hal: 124, Lihat juga dalam Badri Yatim. Sejarah Peradaban Islam.Jakarta: Raja
Grafindo Persada 2004 Hal 135 (dalam http://imron
fauzi
wordpress.com/2009/07/16/bani-abasiyah-pada-abad-10-sebuah-pemikiran-di-soso-intelektualitas-peradaban-islam/)
[5]. Hasan Ibrahim Hasan, Tarikhul Islam As-Siyasy, Jilid
II, h.169 (dalam http://imron
fauzi
wordpress.com/2009/07/16/bani-abasiyah-pada-abad-10-sebuah-pemikiran-di-soso-intelektualitas-peradaban-islam/)
6.Yatim,
Sejarah Peradaban Islam, (Ed, I Raja
Grafindo Persada, Jakarta, 2006) hal.49
[7]
.http://prodibpi.wordpress.com/2010/08/05/pendidikan-islam-masa-bani-abbasiyah-tanpa
dikotomi/
[8].Ibid http://prodibpi................
[10]. A. Hasjmy, Dustur Dakwah Menurut Al-Qur’an, (Bulan
Bintang, Jakarta, t.tt) h.350 (dalam http://sejarah.kompasiana.com/2013/01/30/kekhalifahan-abbasiyah-minat-intelektual-dan-perkembangan-mazhab-hukum-530013.html)
[11]. A.Hasjmy, Op. Cit h.351
[12] .Ibid
[13] .Wahyu Ilahi dan Harjani
Hefni, Pengantar Sejarah Dakwah, (Cet
I, Kencana, Jakarta, Oktober 2007, h. 120)
[14] Ghufron A, Mas’adi, A. History of Islamic Societies, Terjemahan Indonesia Sejarah Sosial Umat Islam, Edisi I Cet.
I Jakarta, RajaGrafindo Persada, 1999) h. 254
[15]. Ibid, H. 251
[16] .Ibid H. 254
[17] .Musrifah Sunanto, Sejarah Islam Klasik: Perkembangan Ilmu
Pengetahuan Islam, Jakarta Prenada Mulia 2004. Hal 178
Casinos Near Harrah's Casino and Spring Mountain, IA - Mapyro
BalasHapusA map showing 문경 출장마사지 casinos and other gaming facilities located 용인 출장샵 near Harrah's Casino 남원 출장샵 and Spring Mountain, IA. 서산 출장안마 This 당진 출장샵 casino is located on Harrah's Casino West.