Selasa, 06 Januari 2015

PENDIDIKAN SPIRITUAL (ROHANI)



BAB I
PENDAHULUAN



A.    LATAR BELAKANG
Dalam pembahasan ini kita akan membahas tentang macam-macam aspek dalam pendidikan spiritual " yang ia di anggap sebagai salah satu jenis pendidikan yang diunggulkan dalam sunnah nabawiyah yang suci karena ia memiliki tujuan untuk mensucikan diri, meningkatkan akhlak (moral), menyucikan badan, mengeksploitasi (mengerahkan) segala kekuatan dan kemampuannya dalam hal kebaikan dan dan hal yang bermanfaat, dan mememenuhi kebutuhan dan keinginannya dengan cara-cara yang halal dan disyariatkan.
Kita mulai dengan membahas bahasan tentang agama dahulu dengan menjelaskan tentang maknanya dan peran serta pengaruhnya, kemudian kita jelaskan tentang kecendrungan (kecondongan) asli manusia untuk beragama dan beriman, kita jelaskan tentang kebutuhannya akan iman dan kepercayaan, lalu kita ringkaskan tentang pembahasan dari definisi-definisi pendidikan spiritual, aspek-aspek dan pengaruh-pengaruhnya, selanjutnya kami tunjukkan pilar-pilar (prinsip-prinsip) pentin pendidikan spiritual dalam ajaran Nabi Muhammad, serta kita terangkan tentang pengaruh positif terpenting dalam pendidikan spiritual, yang terakhir kita tutup bab ini dengan menunjukkan tujuan-tujuan penting pendidikan spiritual yang berdasar pada sunanah-sunnah nabawiyah.
Agama : Makna dan pengaruh-pengaruhnya
Agama secara umum maknanya adalah : kepercayaan pada suatu dzat ghaib yang memiliki kemulyaan, kekuasaan untuk menata keadaan seluruh makhluk dan mengatur segala urusannya, dan kepercayaan ini diaktualisasikan oleh orang yang percaya dengan-Nya dengan cara mengesakan-Nya, meminta pada-Nya, berserah diri hanya kepada-Nya, selalu beribadah kepada-Nya dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan takut maupun tenang, berdasarkan aturan beribadah dan ritual yang telah ditentukan.
Adapun pengaruh-pengaruh positif terpenting agama dalam kehidupa individu dan kelompok (masyarakat) adalah sebagai berikut :
1.      Agama merupakan sumber pelengkap bagi kecenderungan naluriyah (fithariyah) untuk ber i'tiqad, dan sebagai pemenuh bagi kecenderungan alamiyah untuk beragama,
2.      Agama berupaya dalam melengkapi diri bagi tiap anak dengan iman dan keyakinan dalam beraqidah.
3.      Agama menanamkan rasa optimis, kedamaian, ketenangan, keselamatan dan keamanan pribadi bagi anak.
4.      Agama merupakan sumber yang banyak bagi berbagai keutamaan, nilai-nilai, asas-asas, dan suri tauladan, yang tertanam dalam diri anak sejak awal hidupnya.
5.      Agama memperkuat dalam pribadi (individu) seseorang dengan rasa tanggung jawab dan memenuhi kewajiban.
6.      Agama mewajibkan bagi individu masyarakat yang satu dengan mengukuhkan hubungan sosial mereka dan pergaulan mereka yang berlandasakan pada nilai-nilai moral.
7.      Agama sebagai sumber yang subur untuk memenuhi kecenderungan, motifasi mental (motifasi diri, dorongan diri) yang dimiliki oleh manusia
Kecenderungan dalam beragama dan beriman:
Kebutuhan manusiawi pada agama dan iman merupakan kebutuhan yang alami (thobi'i) yang tak mungkin seseorang lepas dari nya secara mutlak, walaupun telah berkembang akal fikirannya dan telah maju akademisnya, hal ini karena sesungguhnya Allah menciptakan manusia tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang tetap, manusia itu tunduk (mengikuti) segala perubahan dan pergantian yang terus bergulir (menerus), manusia mesti butuh pemenuhan kebutuhan akan iman pada Dzat yang Sempurna yang Berkuasa dan yang memiliki segala hal.
Dan tanpa agama dan iman seseorang individu manusia tak dapat istiqomah dalam hidupnya, dan tak jernih fikirannya, dan tidaklah hatinya dipenuhi hal-hal yang membuat kedamaian dan keamanan pada dirinya, maka dia akan merasa kehilangan, kekurangan diri, kerancauan fikiran, dan tak mungkin baginya bisa hidup dalam kehidupan yang bahagian dan tenang, dan banyaklah hal yang membuatnya ragu, hingga ia terjerumus dalam praktek bunuh diri, karena ia pengin meninggalkan dunia yang penuh dengan siksaan dan adzhab di dalamnya. Kalaupun dia seorang yang mu'min (yang beriman pada Allah SWT) ia akan memandang kehidupan ini dengan penuh kesemangatan dan kebahagiaan.
Kebutuhan akan Iman dan Aqidah :
Manusia tak mungkin dapat hidup dalam kehidupan yang benar tanpa akidah yang ia percayai, dengan fithrah naluriayahnya manusia membutuhkan akan iman, menuntut hal-hal yang memenuhi ketentraman dan kedaimaan dalam hidupnya, dan ia tanpa akidah akan kehilangan dari dirinya ketentraman jiwa dan raga, karena eksisitenssinya tidak memiliki makna, dan hidupnya tidak memiliki tujuan khusus ketika hilang dari dirinya harapan-harapan akan kehidupan di akherat yang kekal yang menggantikan kesusahan dan kesulitan yang ia dapati di dunia ini. 
Dan para Ulama Ilmu kalam yang muslim telah menjelaskan / menyatakan tentang pengertian aqidah yang benar  yakni merupakan : "Pengetahuan / pengertian yang menegaskan (kuat/ kukuh), keharmonisan yang nyata (sesuai dengan kenyataan) , yang terbentuk berdasarkan suatu petunjuk".






BAB II
PEMBAHASAN



A.    PENGERTIAN PENDIDIKAN SPIRITUAL (ROHANI):
Yang dimaksud dengan pendidikan spiritual adalah penguatan kekuatan spiritual bagi anak dan penanaman iman dalam diri mereka sebagai bentuk pemenuhan kebutuhan naluriyah bergama mereka, menata sifat mereka dengan tata krama dan meningkatkan kecenderungan (tekad, bakat) mereka, dan mengarahkan mereka pada nila-nilai spiritual, prinsip, dan suri tauladan yang mereka dapat dari keimanan yang benar pada Allah SWT, malaikat - malaikatnya, kitab-kitabnya, para rasulnya, hari akhir, dan takdir baik dan buruknya.
Sesungguhnya pendidikan spiritual yang benar digambarkan sebagai salah satu alat ukur (standar ukuran) dalam menumbuh kembangkan macam-macam kepribadian manusia yang berbeda dengan pertumbuhan / perkembangan yang lengkap (mencakup segala hal), ialah sumber petunjuk bagi akal. Dengan iman kepada Allah SWT dan mengesakan-Nya (mentauhidkan-Nya), dan kejernihan jiwa dengan ketentraman dan ketenangannya, mensucikan akhlak dengan memperindah dirinya dengan keutamaann, nilai-nilai moral, dan suri tauladan yang baik, membersihkan tubuh dengan menggunaknya pada jalan yang benar dan mencegahnya terhadap prilaku ma'siyat dan prilaku keji, serta mendorongnya untuk beribadah dan beramal baik yang bermanfaat bagi diri pribadi dan kelompok (masyrakat), dan juga hubungan yang baik dengan orang lain dalam lingkungan masyarakat dengan adanya solidaritas, sinergi (saling mendukung), dan saling menolong satu sama lain pada kebaikan dan ketakwaan.
Allah berfirman :
1. Sesungguhnya beruntunglah orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini tiada terceIa. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah orang-orang yang melampaui batas. 8. dan orang-orang yang memelihara amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang yang memelihara sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni) yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu'minun : 1-11)

Dengan hal tersebut maka pendidikan spiritual benar-benar telah menjadi salah satu pilar pembentuk pertumbuhan /perkembangan  yang sempurna dan tanpanya tak akan lengkap pembentukan kepribadian manusia yang mana selalu berhadapan/ berlawanan dengan waktu yang merusak, kesusahan, yang diakibatkan oleh banyaknya gangguan dan rentannya terkena krisis (kegentingan/gangguan/ problema).
B.     ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL (ROHANI) :
Alam manusia telah diciptakan (diadakan/ dilahirkan) oleh Allah SWT, dan Dia telah menyerukan dalam fithrah diri mereka kecenderungan alamiyah pada keimanan, ketauhidan dan keberagamaan.
Sunnah Nabawiyah menegaskan terhadap
1.      Aspek penjagaan rohani,
dan menjadikan salah satu tanggung jawab bagi para orang tua dan para pendidikan tanggung jawab yang khusus dan tegas terhadap anak-anak mereka yang dalam masa balitanya masih lemah, layaknya adonan yang masihdapat dibentuk sebagaimana yang diinginkan oleh orang tua dan para pendidik, disertai dengan menguraikan kekuatan (kompentensi) dan persiapan yang alamiyah.
Sebagaimana itu pula Sunnah Nabawiyah
Setiap kalian adalah gembala dan setiap kalian akan dipertanggungjawabkan atas gembalaannya” (hadits riwayat al-Bukhari)

2.      Aspek pembentukan spiritual
Aspek ini bertujuan pada penguatan iman dan akidah dalam diri (jiwa) anak-anak, dan mempertahankan dan menguatkan nilai-nilai spiritual mereka, dan meluaskan cahaya kesadaran mereka tentang pengetahuan terhadap agama, dan menumbuhkan dan mencurahkan pengetahuan agama, dan akhak yang baik mereka dengan jalan yang sesuai dengan perkembangan pemahaman akal dan hasil mereka dalam belajar dan mencari ilmu, dan mempermudah dan menunjukkan mereka dengan hal-hal yang menarik dan media-media pembelajaran (pendidikan) yang variatif yang mereka suka dan senangi.
Rasulullah SAW adalah salah seorang yang sangat menekankan terahadap pengajaran (pendidikan) umat muslim dengan terus-terusan (terus menerus / kontinyu) dan mengarahkannya dan menuntunnya dengan masalah-masalah agama mereka, dan menghasilkan nilai-nilai, atauran dan arahan spiritualitas yang baik dalam diri mereka, dan beliau menganjurkan merek untuk menjaganya, dan juga beliau tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan antara yang besar dan kecil.
Dan berhubungan dengan penanaman bangunan spirituallitas dalam diri anak-anak. Rasulullah SAW telah menyerukan/ menganjurkan untuk membiasakan anak sejak kecilnya mengucapkan asma' Allah (nama-nama Allah) dalam segala hal agar dapat terpatri dalam dirinya keimanan terhadap Allah SWT, kesyukurannya, pemujiannya dan kebaiknya dalam bertawakkal.
3.      Aspek penyembuhan spiritual
Bahasan penting dalam pendidikan spiritual ini merujuk pada cara dalam menolong anak-anak yang telah salah dan terlanjur sesat untuk kembali kepada keimanan yang benar dan akidah yang lurus, dan hal tersebut dilakukan dengan membebaskannya / menyelematkan mereka dari ikatan-ikatan keraguan dalam berakidah, dengan penyelamatan mereka dari kungkungan cakar penyelewengan agama, dan menjauhkan mereka dari tergelincirnya akhlak/ moral, dan mengajarkannya jalan yang lurus/benar, dan menuntun mereka terus menerus - dalam hal kesabaran, toleransi, dan kasih sayang - untuk kembali kepada jalan keimanan, dan kebenaran.

C.    PILAR-PILAR (SENDI-SENDI) PENDIDIKAN SPIRITUAL :
Pilar-pilar pendidikan ini terbagi menjadi beberapa macam yakni; Iman kepada Allah SWT degan keesannya dan ketuhanan-Nya, iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada nabi-nabi dan rusul-rusul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk, serta mentauhidkan-Nya dalam hal beribadah.
1.      Iman kepada Allah SWT dengan keesaannya dan ketuhanannya
Syarat syah pertama dikatakan seorang itu muslim adalah iman kepada Allah SWT, yakni pernyataan dengan penuh pembenaran (keyakinan) akan wujuda-Nya (eksistensi-Nya), dan bahwa sanya Dialah Pencitpa segala sesuatu, Yang Maha mengetahui yang gaib dan nyata, Tuhan segala sesuatu dan Raja Pemilik urusannya, Yang maha Esa yang Maha Kekal Tiada tuhan yang berhak disembah kecuali Dia, memiliki sifat yang sempurna, yang terlepas dari segala kekurangan.
Sebagai permisalan kami akan menunjukkan dalil-dalil 'aqli yang terpenting atas adanya Allah SWT, yang terbagi jadi 4 macam : dalil penciptaan, bukti adanya tujuan dan maksud, bukti adanya kesempurnaan dan contoh yang mulia, dan dalil akhlak (moral).
a)      Dalil penciptaan
Dalil ini didefinisikan dengan nama lain yakni dalil alam semesta (the cosmological argument) yang dianggap dalil yang paling awal, paling jelas, paling kuat alasannya, dan paling banyak memuaskan.
Makna dari dalil ini adalah bahwa setiap makhluk memiliki pencipta, setiap buatan mesti ada pembuatnya, setiap yang ada mesti ada yang mengadakannya, dan inilah yang kita cari dalam kehidupan kita sebenarnya jika kita belum pernah mendapati suatu hal yang sempurna sesuai dengan kata hati, dengan kemurnian kerangka fikiran, atau dengan cara pandang otomatis, atau penemuan oleh diri sendiri.
Allah berfirman :
17.Maka Apakah mereka tidak memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, 18. dan langit, bagaimana ia ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20. dan bumi bagaimana ia dihamparkan? 21. Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu hanyalah orang yang memberi peringatan. 22. kamu bukanlah orang yang berkuasa atas mereka,               
(Al-Ghosiyah : 17-22)

b)      Dalil Tujuan akhir
Dalil tujuan akhir atau maksud (The Teleological Argument) adalah salah satu dalil aqli yang terpenting atas eksistensi (wujud) Allah SWT, yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.
Maka seluruh makhluk-malhluk ini tidak diciptakan tanpa guna, tidak diciptakan sia-sia bila kita perhatikan sebagian darinya yang besar maupun yang kecil, mesti mempunyai maksud dalam penciptaanya, memiliki tujuan akhir dalam pembentukannya, hikmah dalam pengaturannya, dan ketelitian dalam tadaburnya.
Ketelitian dalam tadabur, hikmah dalam pengaturan, dan tujuan akhir dalam pembuatan, serta maksud dalam penciptaan sungguh menunjukkan dengan penuh keyakinan yang tak diragukan lagi bahwa dibalik itu semua ada Pengatur yang Maha Bijaksana, yang maha Pencipta, lagi Maha Agung.
c)      Dalil kesempurnaan
Dalil kesempurnaan atau hal yang ideal (the Oniological Argument) adalah salah satu dari dalil-dalil aqli atas keberadaan Allah SWT, ia merupakan dalil yang telah ditetapkan oleh para peneliti-peneliti dalam logika dan filsafat agama. Pemikir pertama yang merumuskan gambaran/ definis tentang hal tersebut adalah santo Anselm, dia telah memberikan pengaruh pada pengikutnya dan mereka melengkapinya sampai terbentuklah filsafatnya "dikrat" seorang fhilosof asal perancis. Pengertian dari dalil ini adalah bahwa sebenarnya manusia tiap kali menggambarkan (memvisualisasikan) hal besar mesti dia akan menggambarkan yang lebih besar daripada itu, dan tiap kali mereka menggambarkan hal yang sempurna mestia dia akan menggambarkan hal yang lebih sempurna dari pada itu, maka tiap hal yang besar atau sempurna mesti, itu adalah yang Maha Agung muthlaq dan Yang Maha Sempurna secara muthlaq.
d)     Dalil akhlak (moral/etika)
Dalil akhlak yang bersumber dari fithrah manusia adalah salah satu dalil yang benar atas eksistensi Allah (wujud Allah SWT) yang merupakan sumber kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang muthlaq. Beberapa fhilosof dan para pemikir telah berkata tentang hal ini. Dan orang yang pertama menyatakan tentang petunjuk akhlak tersebut yaki Santo Tuma Al-Akwaini yang berpendapat bahwa dalam tanda-tanda kebaikan dan keindahan yang tersembuyi dalam diri manusia dan tabi'at-tabi'atnya terdapat bukti yang pasti atas wujud Allah SWT (eksistensi Allah SWT). Sebagaimana pula dikatakan oleh salah satu fhilosof yunani Emanuel Kant yang menetapkan wujud Allah SWT dengan adanya tanda-tanda akhlak yang natural (moral yang natural) dalam diri manusia yang berhubungan dengan wujud (eksistensi) tersebut, dan hal tersebut merupakan tanda kewajiban moral atau perasaan wajib yang berasal dari dalam hati nuraninya, dan ia merasakan hal tersebut muncul darinya, yang menunjukkan kepada fihtrahnya.
Demikianlah fakta-fakta yang menunjukkan perhatian al-Qur'an dan Sunnah terhadap pembentukan Iman kepada Allah SWT dengan keesaan dan ketuhanannya yang berdasar pada tadabur yang rasional, berfikir logis, alasan yang dapat diterima, bukti yang nyata, dan petunjuk yang terang, dan hal-hal tersebutlah yang menjadikan pendidikan spiritual dalam ajaran Nabi Muhammad memiliki kelebihan positif yang khusus yang tidak dimiliki lainnya.
2.      Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya AS ('alaihi-s-salam)
Wajib bagi seorang muslim beriman -setelah imannya kepada Allah SWT - kepada Malaikat Allah AS dan pada eksistensinya.
Allah berfirman :
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa): "Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali." (Al-Baqoroh : 285)

Keimanan terhadap para malaikat Allah AS memberikan pengaruh-pengaruh pendidikan positif yang sempurna dan penting dalam mengarahkan orang-orang mu'min untuk mencontoh mereka, menyerupai sifat-sifat mereka yang agung, khususnya dalam ibadah mereka terhadap Allah SWT, penyucian-Nya, dan ketaatan pada perintah-Nya. Ditambah adanya mereka dapat merasakan pengawasan mereka sehingga hal itu mengajak manusia untuk waspada terus menerus sehingga dengan tersebut mereka dapat memperbagus ibadah dan amal sholehnya, dan juga menjauhi dari kemaksiatan dan kekejian.
3.      keimanan pada kitab-kitab Allah SWT
Keimanan seseorang muslim tak akan sempurna tanpa keimaman kepada kitab-kitab, lembaran-lembaran-Nya yang telah Allah turunkan kepada para nabi dan rasul-Nya untuk mereka sampaikan syariat dan agama-Nya kepada para hamba-hamba-NYa.
Dan salah satu kitab-Nya yang paling mulia, paling lengkap, dan yang paling mencakup diantara kitab-kitab-Nya yang lain adalah kitab yang telah Ia turunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir Nabi Muhammad SAW sebagai pembenar dan pembangkit (kitab-kitab yang telah diturunkan sebelumnya) kitab-kitab-Nya, yang menjadi penghapus syareat dan hukum-hukum sebelumnya, dan yang abadi hingga akhir zaman karena Allah telah berjanji dengan kalamnya akan menjaganya selalu.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Kami-lah yang menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hajr : 9)

Keimanan kepada kitab-kitab Allah SWT secara umum dan keimanan kepada penutup dan penghapusnya yakni Al-Qur'an secara khusus memberikan pengaruh positif yang besar terhadap pendidikan orang-orang mu'min, pengarahan mereka, serta pembentukan kepribadian mereka, pembersihan diri, dan peningkatan akhlak mereka, maka hal tersebut digambarkan seperti cara yang paling lengkap yang jadi panduan untuk kehidupan yang mulia yang dapat mewujudkan kesempurnaan dzat, akhlak, dan ruhani mereka, memperbaiki dunia dimana mereka tingggal, akherat dimana mereka kembali, dan kitab-kitab tersebut juga membekali mereka dengan petunjuk yang terus menerus dalam segala macam keadaan dunia dan keadaan agama.
4.      Iman kepada para Rasul AS (Alaihi Salam)
Keimanan seorang tidak dibenarkan tanpa keimananny pada para nabi dan para rasul seluruhnya alaihi salam (keselamatan bagi mereka), dari mulai awalnya nabi Adam AS hingga akhirnya Nabi Muhammad SAW.
Allah SWT telah memilih para rasul yang baik dan suci dari golongan makhluknya yang telah Ia wahyukan dengan syare'at-syare'at-Nya dan telah Ia bebani mereka untuk menyampaikannya kepada umat manusia, dan Ia juga telah memperkuat mereka dengan mu'jizat untuk memuaskan menusia dalam dakwah mereka.
Allah berfirman :
Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan adalah Tuhanmu Maha melihat.
(Al-Furqon : 20)

Iman terhadap para nabi dan rasul ini memiliki pangaruh-pengaruh pendidikan yang besar terhadap kepribadian orang mu'min, karena iman tersebut menuntut mereka untuk mencontoh para nabi dan rasul itu, menjalankan sunah-sunah mereka, dan meneladani akhlak dan pelajaran-pelajaran mereka yang merupakan teladan yang mulia dan contoh yang baik dalam hal ibadah, amal, prilaku, tatakrama, sikap, arah, serta macam-macam aktifitas kehidupan mereka, hubungan mereka dan ikatan mereka, dan juga pelaksanaan mereka terhadap kewajiban-kewajiban, dan kebiasaan-kebiasaan mereka.
5.      Iman dengan hari akhir
Salah satu syarat benarnya iman seorang musli adalam iman kepada hari akhir yang merupakan hari dimana seluruh kehidupan ini mencapai akhir tak terelakkan yang telah Allah SWT tentukan, setelah itu Ia membangkitkan seluruh makhluknya, mengumpulkan mereka untuk dihitung (dihisab), dan menyajikan dihadapan mereka amal perbuatan mereka dalam catatan yang tidak diserahkan baik kecil maupun besar kecuali telah di perhitungkan, maka diberilah balasan mereka, bagi orang mu'min diberikan balasan kenikmatan surga yang kekal, sedang bagi orang kafir diberikan balasan dengan adzab neraka yang pedih.
Sesungguhnya apa yang ada di dunia ini dari kenikmatan dengan tingkatan-tingaktan dan macam-macamnya yang berbeda merupakan pembukti adanya kenikmatan yang lebih sempurna di hari akhir kelak yang lebih kekal dan abadi dari pada kenikmatan dunia itu, maka diberikanlan surga bagi orang-orang yang berbuat baik sebagai balasan (pahala) mereka, dan apa yang ada di dunia ini dari kesusahan dengan tingkatan dan macam-macamnya yang berbeda merupakan bukti akan adanya kesusahan (penderitaan) yang lebih besar di hari akhir nanti sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat keburukan yakni neraka jahanam.
Allah berfirman :
6. pada hari itu manusia ke luar dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka (balasan) pekerjaan mereka[1596], 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. 8. dan Barangsiapa yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya pula. (Az-Zilzalah : 6-8)

6.      Iman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang buruk
Tidak akan sempurna keimanan seorang muslim kecuali dengan keimanannya pada qodho' dan qodar-Nya Allah SWT yang baik maupun yang buruk, dan bahwa kedual hal tersebut sebagai hukum dan kehendak Allah SWT bagi makhluknya.
Allah berfirman :
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami menciptakannya. Sesungguhnya yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid : 22)

Keimanan terhadap qodar baik buruknya memiliki pengaruh unsur pendidikan dalam kepribadaian seorang mu'min pengaruh tersebut membekali mereka degan kekuatan dan kemampuan yang selalu diperbaharui dalam melawan segala kesukaran, dan menghadapi segala macam akibat, mengecilkan pandangan mereka terhadap hal-hal yang material, ia juga menjadi sumber kehidupan dan motifasi yang berkelanjutan untuk terlepas dari cengkraman keputus asaan, kegagalan, dan perasaan rendah diri yang menghancurkan, maka segala sesuatu dengan taqdir Allah SWT yang baik maupun buruknya
7.      Tauhid dalam beribadah
Tauhid pada Allah SWT, dan iman kepada keuluhiyahann dan kerububiyahaann (ketuhanan-Nya) -NYa merupakan dasar aqidah yang benar yang telah diturunkan denganya setiap risalah (ajaran) sampai ditutupnya dengan risalah yang terakhir risalahnya Nabi Muhammad SAW yang telah datang membenarkan kitab-kitab sebelumnya, penyempurna baginya, pembangkit kitab-kitab tersebut, dan penghapus sebagian dari syare'at dan hukum-hukumnya.
Perwujudan ubudiyah (penghambaan), ketundukan, ketaatan, dan penyerahan diri hanya bagi Allah SWT semata, dilakukan dengan melengkapi kewajiban-kewajiban Allah SWT, dan merasakan pengawasan-Nya dalam setiap hal (keadaan), serta menjaga kemuliaa-Nya dengan melaksanakan seluruh perintahnya dan menjauhi seluruh larangannya dan tidak melampaui batasan-Nya, dan ibadah yang tulus pada-Nya dalam setiap perbuatan dan perkataan.
Selanjutnya kita akan membicarakan tentang penjelasan ibadah-ibadah yang wajib dalam islam yakni: sholat, zakat, puasa, haji, dan kita akan menjelaskan pengaruh-pengaruhnya dalam pendidikan.
a.       Sholat
Sholat merupakan kewajiban awal yang Allah perintahkan kepada hamba-Nya lewat al-Qur'an yang tertulis dalam beberapa ayat, dan diwajibkan kepada setiap orang yang mu'min melaksanakan sholat pada waktunya.
Kewajiban bagi seorang muslim yakni, peningkatan dalam menjaga sholat, menyuruh keluarga dan menanamkan dalam diri mereka untuk membiasakan diri melakukan sholat.
Allah berfirman :
Dan perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha : 132)

Selanjutnya kami jelaskan pengaruh-pengaruh pendidikan dalam sholat:
Ø  Sholat mewujudkan hubungan yang erat antara seorang hamba dengan tuhannya,
Ø  Sholat menyebarkan dalam jiwa seorang mu'min ketentraman, ketenangan, dan kepercayaan diri, & membuatnya dapat menerima kesuliatan dan kesusahan hidup
Ø  Sholat meningkatakan makna seperitual seorang mu'min, menguatkan kemauannya, keinginannya untuk melakukan kebaikan dan tawakal kepada Allah
Ø  Sholat membiasakan bagi diri seorang mu'min dengan kebiasaan tawadu' (rendah hati), dan menjaganya dari bangga diri, sombong dan segala pakaian kebesaran yang dapat merusak iman dan akidah dalam dirinya
Ø  Sholat menyucukan jiwa manusa dari keburukan-keburukan, kejelakan dan menjaganya dari seluruh dosa besar
Ø  Sholat menanaman pada diri seorang mu'min sifat kesabaran, ketabahan, dan kekuatan, bagi keyakinan dan ketawakalanannya pada Allah SWT
Ø  Sholat menggerakkan seorang mu'min untuk saling menolong antara satu dengan yang lain, rasa kasih sayang, dan untuk memperkuat hubungan sosial antara pribadi-pribadi mereka yang berbeda.
Ø  Sholat membiasakan seorang mu'im untuk berpegang teguh dan disiplin, menghormati aturan, dan selalu mengerjakan kewajiban, ketentuannya pada waktunya dengan penuh kekuatan dan tidak meremhakan dalam mengerjakan sunnah-sunnah dan tanggung jawabnya baik yang awal maupun yang akhir.
Ø  Sholat menanamkan dalam diri seorang mu'im prinsip kebersihan, kesucian diri dalam raga, pakaian dan tempat tinggalnya,
Ø  Sholat mewujudkan kesehatan raga bagi seorang mu’min.
b.      Zakat
Zakat merupakan salah satu kewajiban yang memerintahkan pada setiap orang untuk memberikan hartanya dengan syarat-syarat tertentu, zakat juga merupakan pembersiahan harta, penyucian, dan penumbahan manfaat dari Allah SWT.
Zakat juga memiliki pengaruh pendidikan dalam pembentukan pribadi / individu sebagai anggota yang sholeh dalam suatu masyarakat dimana ia hidup dan berinteraksi dalam mencapai tujuan dan target yang bermanfaat bagi semua.
Selanjutnya kita menjelaskan pengaruh pendidikan yang terdapat dalam zakat:
Ø  Zakat membersihkan diri seorang mu'min dari segala macam keburukan.
Ø  Zakat membantu orang mu'min untuk selamat dari sifat egois, individualis, dan cinta diri, dan penyelewengan tabi'at manusia yang asli dengan membangga-banggakan diri.
Ø  Zakat membiasakan orang 'mu'min untuk memiliki sifat-sifat yang utama dan akhlak-akhlak yang mulia.
Ø  Zakat memperkuat rasa kasih sayang dalam jiwa seorang mu'min.
Ø  Zakat memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan sosial, dalam hubungan seorang individu dengan individu lainnya, antara yang kaya dan miski, dan meneberkan rasa saling tolong menolong, kasih sayang, dan persaudaraan.
Ø  Zakat memberikan kontribusi/ peran secara langusng dalam mewujudkan kepentingan umum.
Ø  Zakat membatasi adanya penumpukan harta bagi orang-orang kaya.
Ø  Zakat memiliki pengaruh yang besar bagi diri pribadi seorang mu'min karena dengannya ia dapat merasakan ketentrama, ketenangan, dan menyebarlah dalam dirinya rasa kasih sayang dan kerelaaan untuk merasakan bahwa dirinya telah melakuakan hak Allah SWT di dalam hartanya.
c.       Puasa
Puasa itu diwajibkan bagi selurah umat muslim, Allah telah mewajbkannya bagi mereka sebagai mana Ia juga mewajibkannya bagi umat-umat sebelumnya.


Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al-Baqarah : 183)

Puasa memiliki pengaruh-pengaruh pendidikan yang lengkap dalam pembentukan dan penyempurnaan kepribadian mulia manusia.
Selanjutnya kita akan di jelaskan tentang pengaruh  pendidikan dalam ibadah puasa :
Ø  Puasa memperkuat iman seorang muslim dan menambah keyakinannya kepada allah.
Ø  Puasa membersihkan diri seorang mu'min, menyucikan jiwanya, membetulkan ambisi dan dorangnannya, meningkatkan hati nuraninya, dan membersihkannya dari sifat sifat yang buruk, dan jelek
Ø  Puasa memperkuat kemauan dan kemampuan seorang mu'min untuk tabah dan sabar.
Ø  Puasa memancarkan dalam diri seorang mu'min makna kebaikan, saling menyayangi, mengasihi, lemah lembut, kehormatan,
Ø  Puasa menumbuhkan kecondangan thobi'i seorang mu'min untuk saling berpartisipasi (berkotnribusi), dan rasa saling menolong
Ø  Puasa menguatkan kecondongan seorang mu'min berpartisipasi dalam sosial
Ø  Puasa menjaga kesehatan orang yang mu'min, melindunginya dari sakit dan segala penyakit.
d.      Haji
Haji merupakan salah satu ibadah yang difardhukan bagi setiap orang muslim yang mampu melakukannya bila ia memiliki kelebihan-kelebihan, seperti dalam perbekalan, transportasi dan keamanan jalan.
Haji memiliki pengaruh-pengaruh pendidikan dalam pendidikan personal (pribadi) dan dalam pembentukan kepribadiaannya dan pengembangannya dan penyempurnaan aspek-aspeknya yang bermacam-macam.
Selanjutnya kami akan jelaskan pengaruh-pengaruh penting dari haji :
Ø  Haji menguatkan akidah seorang muslim.
Ø  Haji menyebarkan dalam diri seorang mu'min ketentaraman, keamanan dan keselamatan, memperkuat harapan dan ketenangannya pada Allah SWT.
Ø  Haji membiasakan seorang mu'min untuk menahan marahnya dan mengatur emosi-emosinya, dan menanamkan pada dirinya rasa toleransi, saling menjaga, saling memaafkan dan lain sebagainya.
Ø  Haji menyucikan jiwa seorang mu'min, membersihkan dan memancarkan darinya makna-makna yang mulia, dan nilai-nilai yang agung
Ø  Haji memperbaiki jiwa seorang mu'min dan meningkatkan akhlaknya dengan menjauhi dari sifat-siaft yang buruk
Ø  Haji merupakan sarana untuk pembangunan dan penumbuhan jiwa saling mencintai sesama dan kecenderungan untuk berpartisipasi antara tiap muslim dan memperkuat kesatuan, integritas, kasih sayang, kelembutan, dan rasa tolong menolong


D.    PENGARUH POSITIF PENDIDIKAN SPIRITUAL (PENDIDIKAN RUH)
Pendidikan ruh (spiritual) memiliki pengaruh-pengaruh yang penting terhadap pembentukan kepribadian manusia yang sempurna, pengaruh ini tidak hanya berkutat pada aspek jiwa dengan memperkuat iman dan menumbuhkan akidah akan tetapi melingkupi segala aspek manusiawi yakni akhlak dengan menyucikan diri dan membersihkannya, aspek akal dengan meningkatkan pengetahuan, daya tangkap, dan kemampuan berfikir dan menekankan pentingkannya berfikir, berlogika, dan bertadabur, dan aspek sosial dengan memperkuat, memperkokoh makna saling mengasihi, saling menyayangi, saling melengkapi, saling membantu, dan toleransi.
Adapun pengaruh-pengaruh penting dari pendidikan ruh adalah sebagai berikut :
1.      Ikhlas kepada Allah SWT
Salah satu pengaruh terpenting dari pendidikan ruh yang benar yakni menanamkan makna keikhlasan dalam diri seorang mu'min, dengan menjadikan niat, perkataanya, dan perbuatan nya itu dilakukan dengan ikhlas untuk Allah SWT, ia tidak mencari nya kecuali keridhoan Allah, mereka terbebas dari keinginan mencari kesenangan, kemuliaan, dan hal duniawi.
Sesungguhnya keikhlasan kepada Allah SWT dalam segala tujuan dan upaya akan mewujukan hubungan yang langsung dan abadi dengan Allah SWT, dan menyucikan jiwa seorang mu'min dan membersihkan dirinya, dan menjadikanya hamba yang soleh di agamanya dan duniannya bagi dirinya keluarganya, dan masing-masing individu masyarakat dimana ia tinggal, dan menjadikannya selalu mematuhi dan memperhatikan Tuhannya dalam setiap gerakan dan kondisi dan ia menghadap kepada-Nya dengan seluruh jiwanya, dengan dzikir di lisannya, dengan mengambil pelajaran dalam fikirannya, ketetapan hatinya, dan dengan seluruh perbuatan dan upaya yang ia lakukan lewat tangan dan kakinya.
Dan juga Allah berfirman :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang demikian Itulah agama yang lurus.( Al-Bayinah : 5)



2.      Tawakkal (Penyerahan diri) kepada Allah SWT
Tawakkal kepada Allah akan menyebarkan dalam diri seorang mu'min ketentraman, ketenganan dan kenyamanan, hal tersebut berhubungan dengan kesehatan jiwa, akal dan kesehatan badannya hal itu karena tawakkal kepada Allah menjaga diri mereka dari ketakutan-ketakutan, penyakit jiwa, rasa frustasi, kecendruangan-kecendruangan, tekanan fikiran yang dapat menjadikan kebahagiaan manusia menjadi kesusahan dan penderitaan, ketenangan mereka jadi kekacaauan, rasa optimisnya jadi pesimis, hal positifnya jadi negatif dan keberhasilannya jadi kegagalan.
Sesungguhnya tawakkal kepada Allah SWT merupakan hal yang penting bagi jiwa, akal  dan raga yang sangat dibutuhkan bagi setiap manusia baik orang yang mampu maupun orang yang lemah, orang yang menghakimi dan dikahimi, yang besar mupun kecil, laki-laki atau perempuan, yang berilmu ataupun yang beramal, semuanya membutuhkan Allah SWT karena Ialah yang mampu mengabulkan do'a mereka dan dapat memenuhi permohonan mereka, membantu mereka meningkat, dan meringankan penderitaan-penderitaan mereka.
Allah berfirman :
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa hamba-hamba-Nya.
(Al-Furqan : 58)

3.      Istiqomah
Salah satu pengaruh penting dalam pendidiakan spiritual adalah pembentukan kebiasaan istiqomah bagi seorang mu'min, yang berarti bahwa ia selalau mengerjakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi segala laranganya, dan menjaga aturan-aturan-Nya, dan dia selalu merasa akan eksistensi Allah (adanya Allah) di setiap waktu dan tempat, dan menganjurkan dirinya untuk mencari keridhoan-Nya dalam segala perbuatan dan selalu bertawajuh (menghadap) kepada-Nya dengan seluruh niatnya, dengan hal tersebut maka kebiasaan istiqomah tersebut menancap dalam dirinya dan berjalan sepanjang hidupnya, dan selalu merujuk kepada Al-Qur'an dan sunnah Nabi yang Terakhir Nabi Muhammad SAW dalam hal yang tampak (dhohir) dan yang batin terseumbunyi (batin), dan dalam niat dan amal, dalam tujuan dan cara, serta dalam agama dan dunia.
Sebagaimana pula kebiasaan istiqomah ini memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat, apabila kebiasaan ini berlaku bagi tiap individu masing-masing masyrakat maka akan menyebarlah rasa aman, dan rasa nyaman dan terliputilah dalam masyarakat rasa kasih sayang, mencintai sesama, solidaritas, toleransi, dan integrasi, dan terjaga dari unsur-unsur yang merusak, memecah belah hubungan sosial, dan akhlak-akhlak yang tercela.


4.      Menyuruh pada kebaikan dan menentang (melarang) kemungkaran
Pengaruh yang paling utama, atau buah yang paling matang dari pendidikan ruh ini adalah prinsip " menyuruh kepada kebaikan dan mentang kemungkaran" ia memberikan pengaruh yang paling besar dalam pendidikan seorang mu'min, dalam penanaman kepriadainnya dan penjagaanya dari kemelencengan, kesalahan-kesalahan, dan kemaksiatan-kemaksiatan, adapun dalam kehidupan masyarakat ia menjaganya dari unsur-unsur yang menghancurkan, dan meruntuhkan martabat yang disebabkan oleh tersebarnya kerusakan, keburukan, dan kemungkaran yang nampak maupun yang tersembunyi.
Allah berfirman :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217]; merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran : 104)

Dengan upaya yakni membiasakan anak-anak dengan prinsip amar ma'rif nahi mungkar, upaya untuk menyebarkan nilai-nilai moral dalam kehidupan sosial, dan dengan upaya yang menjadikan kehidupan manusia berdsar pada kemurnia/ kesucian, kebersihan, dan menerangkan tentang petunjuk dan hidayah, semua hal itu menjadi penjaga yang menentang adanya perpecahan, kemelencengan, dan pelindung dari segala kerusakan, kehilangan dan kesesatan.

E.     TUJUAN-TUJUAN DARI PENDIDIKAN RUH (SPIRITUAL):
Dengan menganalisis setiap muatan-muataan pendidikan ruh / spiritual dalam sunnah nabawiyah bahwa secara jelas pendidikan tersebut mengarah pada tujuan-tujuan utma, sesuai
dengan hadist-hadist yang sudah lalu. Tujuan-tujuan utama tersebut yakni;
1.      Menanamkan dalam diri seseorang akidah yang benar dan keimanan yang sungguh-sungguh kepada Allah SWT yang tiada tuhan selain Dia, Dialah Maha pemilik segala sesuatu yang tiada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Pencipta dan pengatur yang Bijaksana, Pemilik kesempurnaan yang muthlaq tiada yang serupa dengan-Nya, tiada yang mendampinginya, Dilah sumber petunjuk dan sifat-sifat yang mulia serta kebaikan dan kenikmatan-kenikmatan, dengang hal tersebut maka dirinya terlindungi sejak kecilnya dari segala bentuk keraguan, kekufuran, kesesahatan, dan kemusyrikan.
2.      Mengarahkan manusia untuk mengesakan Allah SWT dalam hal ubudiyah dan ibadahnya, dengan cara menyerahkan hatinya kepada Tuhannya, Tuhan seluruh Alam semesta, dan menjadikan seluruh amal perbuatannya ikhlas untuk Allah SWT, tidak menyekutukannya, meminta keridhoaannya, memohon hidayahnya, kepada-Nya ia meminta pertolongan, kepadaNya ia bertawakkal dan meminta perlindungan, dan percaya dengan penuh keyakinan yang pasti bahwa tak ada yang dapat memanfaatkannya dan membahayakannya meskipun semua manusia berupaya untuk hal tersebut padanya kecuali dengan izin Allah SWT.
3.      Menanamkan keimanan kepada para malaikat, kitab-kitab samawi, para rasul dan para nabi, hari akhir dan taqdir baik buruknya dalam diri priadi seseorang setelah keimanan kepada Allah SWT, sebagai penyempurna dari akidahnya yang benar dalam satu sisi, dan juga karena keimanan ini merupakan sumber dari sifat-sifat akhlak yang mulia dan hati yang hidup yang mengharuskannya mengikuti jalan ketakwaan, kebaikan, dan petunjuk, yang menjaga prilaku individu dari keburukan, kejelekan, kerusakan dan kesesatan pada sisi lain.
4.      Menyucikan jiwa seorang mu'min, dan membersihkan dirinya yang itu dengan mencukupi kecenderungannya dalam beragama, dan fithrahnya yang asli yakni tauhid, dengan iman yang sempurna kepadaa Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta sega sesuatu, Dialah yang Awal dan Akhir, Yang Tampak dan Yang Tersembunyi, Pengawas setiap hati manusia, yang Maha Mengetahui segala rahasia-rahasia, Mengetahui segal perbuatan, Ia Melihat hamba-hambanya namun hamba-Nya tak mampu melihat-Nya, sedang Dia selalu bersamanya dimana pun mereka berada.
Keimanan yang sempurna ini menjadikan setiap individu itu ikhalas dalam berniat dan berbuat, mematuhi Allah SWT dalam segala gerakan dan kondisi, selalu berbuat baik dalam segala hal yang ia lakukan tidak mencari hal lain kecuali keridhoaan Allah SWT.
5.      Menanamkan kecintaan seorang mu'min kepada Rasulullah SAW penutup para nabi dan rasul dan meniru segala contohnya,  mengikuti sunnah-sunnah yang suci, dialah yang telah Allah utus sebagai rahmat bagi alam semesta, sebagai pemberi kabar baik dan pemberi peringatan, pemberi petunjuk dan penolong dari kesesatan, jalan keluar dari kesesatan  menuju kebenaran, dan penyeru mereka ke jalan menuju suruga, yang menjadi gambaran hidup bagi (contoh yang nyata) dari sifat-sifat mulia yang berdasar pada petunjuk, kebenaran, kebaikan, ketakwaan dan akhlak-akhalak yang terpuji.
6.      Mendorong setiap individu untuk mencari keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai akhlak (moral), rasa kasih sayang, dan menguatkannya dalam diri pribadinya, sampai menjadi kebiasaan (tabi'at) bagi dirinya yang ia kerjakan dengan tanpa ada paksaan atau riya' serta kepinginan untuk di dengar, dan itulah yang terbaik bagi dirinya, sebagai timbal baliknya akan mendatangkan kebaikan dan manfaat bagi masyarakat.
7.      Membiasakan seseorang sejak kecil dengan jiwa pengorbanan, ketekunan, dan suka memberi, mementingkan kepentingan orang lain dan cinta kepada sesama, suka membantu kepada orang lain dan suka menolong dalam kebaikan dan ketakwaaan, itulah hal yang membantu dirinya untuk membangun hubungan sosial yang erat dan kuat yang dikaitkan dengan rasa saling mencintai, mengasihi, saling toleransi, dan rasa saling menyayangi, sehingga dengan hal tersebut maka bahagialah dan baiklah kehidupannya seluruhnya, mereka saling bekerja sama, seperti bangunan yang kokoh, dalam mencapai / mewujudkan tujuan-tujuan dan target-terget akhir mereka, dan menjaga bangunan moral dan aturan sosial mereka dari kehancuran dan penyelewangan.
8.      Penjagaan bagi setiap individu dengan imannya yang kuat, dari terjerumus dalam keinginan syahwat (hawa nafsu), cinta materi, dan pemenuhan tuntutan dorongan dan hawa nafsu, daimana hal-hal tersebut menyebabkan berlebih lebihan dan ketamakan dalam pemenuhannya sehigga tidak sesuai dengan yang disyariatkan dan diataru oleh hukum-hukum agama yang benar, hal-hal itu merupakan bahaya yang sangat merusak bagi kesehatan fikiran seseorang, yang disebabkan oleh penyakit dan kekacauan fikiran, dan bagi kesehatan jiwa dikarenakan menyebabkan kemelencengan, frustasi, dan benturan, bagi kesehatan raga menyebabkan terjangkitanya penyakit-penyakit yang menyerang seluruh bagian tubuh, dan dengan kondisi yang seperti itu maka akan memberikan timbal balik kepada dirinya sendiri dan masyrakat, dengan akibat yang sangat besar.
Allah berfirman :Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk kepada mereka dan memberikan Balasan ketaqwaannya. (Muhammad : 17)






BAB III
PENUTUP



Pendidikan spiritual merupakan salah satu aspek penting pendidikan yang mempengaruhi kepribadian individu dengan pengaruh yang besar sehingga mencondongkaannya (mengarahkannya) pada suatu kebaikan, membiasakan dengan sifat-sifat baik, mewajibkannya berprilaku dan bergaul dengan akhlakul karimah (akhlak yang mulia) yang terus menerus, beramal (bekerja/berupaya) untuk membantu bagi orang lain yang membutuhkan, dan senang menolong.
Pendidikan spiritual juga bisa maksudkan yakni orang yang jiwanya tenang penuh dengan kesemangatan yang melihat kehidupan ini dengan pandangan positif, dan dengan kemauan yang menggebu-gebu (kuat/meluap-luap), yang tak akan melemah ketika berbenturan dengan halangan dan rintangan dia akan tetap berusaha teru menerus untuk melewatinya, dengan selalu meminta pertolongan kepada Allah SWT yang ia imani, dan kepada-Nya lah  ia meminta perlindungan, dan kepada-Nya lah ia percayai segala pertolongan-Nya, hidayah-Nya (petunjuk-Nya), dan keberuntungan-Nya.
Sesungguhnya pendidikan spiritual adalah salah satu hal yang sangat penting bagi kelangsungan hidup tiap manusia, tanpanya maka kestabilan dirinya terganggu, akal dan jiwanya akan ikut kacau, dia akan merasakan susah dalam hidupnya sehingga ia memandang kehidupannya dengan rasa pesimistis, sedang kekosongan jiwanya akan menuntunnya pada kesesatan dan kehilangan hal-hal yang membuatnya selamat dalam hidup, dia tidak merasakan hal lain kecuali kesengsaraan, kesusahan, tekanan jiwa, dan kerusakan mental
Adapun apa yang telah ditegaskan oleh ajaran Nabi Muhammad dalam bahasan penjagan ruhaniyah merupakan penguatan prinsip "menyuruh kepada yang baik dan menentan terhadap yang mungkar" dan menjadikan hal tersebut kewajiban bagi tiap-tiap individu, sehingga seluruh indivdiu masyarakat berupaya mencegah apa yang merusak mereka dari segala hal yang berbahaya dalam agaama dan nilai-nilai spiritual mereka, sehingga terbentuk masyarakat yang islami yang menyumbat, menolak secara bergantian dalam menghadapi gelombang-gelombang kekufuran baik faham ateisme dan kesesatan meskipun dalam gambaran fenomena saja yang dimulai dalam bentuk pendahuluan, atau hal yang ilmiah atau yang modern.




DAFTAR PUSTAKA

Abdul Hamid, usus al-tarbiyah al-islamiyah fi al-sunnah an-nabawiyah, Tunis, Darul arabiyah lil kitab, 1984__bab III
 

3 komentar:

  1. Informasi dan ilmunya sangat bermanfaat.
    Terimakasih....!!!!
    شكرا كثيرا 😁😁😁😊😊

    BalasHapus
  2. Halaman untuk referensi bukunya nggak ada

    BalasHapus