BAB I
PENDAHULUAN
A. LATAR
BELAKANG
Dalam pembahasan ini kita akan membahas
tentang macam-macam aspek dalam pendidikan spiritual " yang ia di anggap sebagai
salah satu jenis pendidikan yang diunggulkan dalam sunnah nabawiyah yang suci
karena ia memiliki tujuan untuk mensucikan diri, meningkatkan akhlak (moral),
menyucikan badan, mengeksploitasi (mengerahkan) segala kekuatan dan
kemampuannya dalam hal kebaikan dan dan hal yang bermanfaat, dan mememenuhi
kebutuhan dan keinginannya dengan cara-cara yang halal dan disyariatkan.
Kita mulai dengan membahas bahasan
tentang agama dahulu dengan menjelaskan tentang maknanya dan peran serta pengaruhnya,
kemudian kita jelaskan tentang kecendrungan (kecondongan) asli manusia untuk
beragama dan beriman, kita jelaskan tentang kebutuhannya akan iman dan
kepercayaan, lalu kita ringkaskan tentang pembahasan dari definisi-definisi
pendidikan spiritual, aspek-aspek dan pengaruh-pengaruhnya, selanjutnya kami
tunjukkan pilar-pilar (prinsip-prinsip) pentin pendidikan spiritual dalam
ajaran Nabi Muhammad, serta kita terangkan tentang pengaruh positif terpenting
dalam pendidikan spiritual, yang terakhir kita tutup bab ini dengan menunjukkan
tujuan-tujuan penting pendidikan spiritual yang berdasar pada sunanah-sunnah
nabawiyah.
Agama : Makna
dan pengaruh-pengaruhnya
Agama secara umum maknanya adalah :
kepercayaan pada suatu dzat ghaib yang memiliki kemulyaan, kekuasaan untuk
menata keadaan seluruh makhluk dan mengatur segala urusannya, dan kepercayaan
ini diaktualisasikan oleh orang yang percaya dengan-Nya dengan cara mengesakan-Nya,
meminta pada-Nya, berserah diri hanya kepada-Nya, selalu beribadah kepada-Nya
dalam keadaan senang maupun susah, dalam keadaan takut maupun tenang,
berdasarkan aturan beribadah dan ritual yang telah ditentukan.
Adapun
pengaruh-pengaruh positif terpenting agama dalam kehidupa individu dan kelompok
(masyarakat) adalah sebagai berikut :
1.
Agama
merupakan sumber pelengkap bagi kecenderungan naluriyah (fithariyah) untuk ber
i'tiqad, dan sebagai pemenuh bagi kecenderungan alamiyah untuk beragama,
2.
Agama
berupaya dalam melengkapi diri bagi tiap anak dengan iman dan keyakinan dalam
beraqidah.
3.
Agama
menanamkan rasa optimis, kedamaian, ketenangan, keselamatan dan keamanan
pribadi bagi anak.
4.
Agama
merupakan sumber yang banyak bagi berbagai keutamaan, nilai-nilai, asas-asas,
dan suri tauladan, yang tertanam dalam diri anak sejak awal hidupnya.
5.
Agama
memperkuat dalam pribadi (individu) seseorang dengan rasa tanggung jawab dan
memenuhi kewajiban.
6.
Agama
mewajibkan bagi individu masyarakat yang satu dengan mengukuhkan hubungan
sosial mereka dan pergaulan mereka yang berlandasakan pada nilai-nilai moral.
7.
Agama
sebagai sumber yang subur untuk memenuhi kecenderungan, motifasi mental
(motifasi diri, dorongan diri) yang dimiliki oleh manusia
Kecenderungan
dalam beragama dan beriman:
Kebutuhan manusiawi
pada agama dan iman merupakan kebutuhan yang alami (thobi'i) yang tak mungkin
seseorang lepas dari nya secara mutlak, walaupun telah berkembang akal
fikirannya dan telah maju akademisnya, hal ini karena sesungguhnya Allah
menciptakan manusia tidak ada yang sempurna dan tidak ada yang tetap, manusia
itu tunduk (mengikuti) segala perubahan dan pergantian yang terus bergulir
(menerus), manusia mesti butuh pemenuhan kebutuhan akan iman pada Dzat yang
Sempurna yang Berkuasa dan yang memiliki segala hal.
Dan tanpa agama dan
iman seseorang individu manusia tak dapat istiqomah dalam hidupnya, dan tak
jernih fikirannya, dan tidaklah hatinya dipenuhi hal-hal yang membuat kedamaian
dan keamanan pada dirinya, maka dia akan merasa kehilangan, kekurangan diri,
kerancauan fikiran, dan tak mungkin baginya bisa hidup dalam kehidupan yang
bahagian dan tenang, dan banyaklah hal yang membuatnya ragu, hingga ia
terjerumus dalam praktek bunuh diri, karena ia pengin meninggalkan dunia yang
penuh dengan siksaan dan adzhab di dalamnya. Kalaupun dia seorang yang mu'min
(yang beriman pada Allah SWT) ia akan memandang kehidupan ini dengan penuh
kesemangatan dan kebahagiaan.
Kebutuhan
akan Iman dan Aqidah :
Manusia tak mungkin
dapat hidup dalam kehidupan yang benar tanpa akidah yang ia percayai, dengan
fithrah naluriayahnya manusia membutuhkan akan iman, menuntut hal-hal yang
memenuhi ketentraman dan kedaimaan dalam hidupnya, dan ia tanpa akidah akan
kehilangan dari dirinya ketentraman jiwa dan raga, karena eksisitenssinya tidak
memiliki makna, dan hidupnya tidak memiliki tujuan khusus ketika hilang dari
dirinya harapan-harapan akan kehidupan di akherat yang kekal yang menggantikan
kesusahan dan kesulitan yang ia dapati di dunia ini.
Dan
para Ulama Ilmu kalam yang muslim telah menjelaskan / menyatakan tentang pengertian
aqidah yang benar yakni merupakan :
"Pengetahuan / pengertian yang menegaskan (kuat/ kukuh), keharmonisan yang
nyata (sesuai dengan kenyataan) , yang terbentuk berdasarkan suatu
petunjuk".
BAB
II
PEMBAHASAN
A.
PENGERTIAN PENDIDIKAN SPIRITUAL (ROHANI):
Yang dimaksud dengan pendidikan spiritual adalah penguatan kekuatan
spiritual bagi anak dan penanaman iman dalam diri mereka sebagai bentuk
pemenuhan kebutuhan naluriyah bergama mereka, menata sifat mereka dengan tata
krama dan meningkatkan kecenderungan (tekad, bakat) mereka, dan mengarahkan
mereka pada nila-nilai spiritual, prinsip, dan suri tauladan yang mereka dapat
dari keimanan yang benar pada Allah SWT, malaikat - malaikatnya,
kitab-kitabnya, para rasulnya, hari akhir, dan takdir baik dan buruknya.
Sesungguhnya pendidikan spiritual yang benar digambarkan sebagai
salah satu alat ukur (standar ukuran) dalam menumbuh kembangkan macam-macam
kepribadian manusia yang berbeda dengan pertumbuhan / perkembangan yang lengkap
(mencakup segala hal), ialah sumber petunjuk bagi akal. Dengan iman kepada
Allah SWT dan mengesakan-Nya (mentauhidkan-Nya), dan kejernihan jiwa dengan
ketentraman dan ketenangannya, mensucikan akhlak dengan memperindah dirinya
dengan keutamaann, nilai-nilai moral, dan suri tauladan yang baik, membersihkan
tubuh dengan menggunaknya pada jalan yang benar dan mencegahnya terhadap
prilaku ma'siyat dan prilaku keji, serta mendorongnya untuk beribadah dan
beramal baik yang bermanfaat bagi diri pribadi dan kelompok (masyrakat), dan
juga hubungan yang baik dengan orang lain dalam lingkungan masyarakat dengan
adanya solidaritas, sinergi (saling mendukung), dan saling menolong satu sama
lain pada kebaikan dan ketakwaan.
Allah berfirman :
1. Sesungguhnya beruntunglah
orang-orang yang beriman, 2. (yaitu) orang-orang yang khusyu' dalam
sembahyangnya, 3. dan orang-orang yang menjauhkan diri dari (perbuatan dan
perkataan) yang tiada berguna, 4. dan orang-orang yang menunaikan zakat, 5. dan
orang-orang yang menjaga kemaluannya, 6. kecuali terhadap isteri-isteri mereka
atau budak yang mereka miliki[994]; Maka Sesungguhnya mereka dalam hal ini
tiada terceIa. 7. Barangsiapa mencari yang di balik itu[995] Maka mereka Itulah
orang-orang yang melampaui batas. 8. dan orang-orang yang memelihara
amanat-amanat (yang dipikulnya) dan janjinya. 9. dan orang-orang yang memelihara
sembahyangnya. 10. mereka Itulah orang-orang yang akan mewarisi, 11. (yakni)
yang akan mewarisi syurga Firdaus. mereka kekal di dalamnya. (Al-Mu'minun :
1-11)
Dengan hal tersebut maka pendidikan spiritual benar-benar telah
menjadi salah satu pilar pembentuk pertumbuhan /perkembangan yang sempurna dan tanpanya tak akan lengkap
pembentukan kepribadian manusia yang mana selalu berhadapan/ berlawanan dengan
waktu yang merusak, kesusahan, yang diakibatkan oleh banyaknya gangguan dan
rentannya terkena krisis (kegentingan/gangguan/ problema).
B.
ASPEK-ASPEK PENDIDIKAN SPIRITUAL (ROHANI) :
Alam manusia telah diciptakan (diadakan/ dilahirkan) oleh Allah
SWT, dan Dia telah menyerukan dalam fithrah diri mereka kecenderungan alamiyah
pada keimanan, ketauhidan dan keberagamaan.
Sunnah Nabawiyah menegaskan terhadap
1.
Aspek
penjagaan rohani,
dan menjadikan salah satu tanggung jawab bagi para orang tua dan
para pendidikan tanggung jawab yang khusus dan tegas terhadap anak-anak mereka
yang dalam masa balitanya masih lemah, layaknya adonan yang masihdapat dibentuk
sebagaimana yang diinginkan oleh orang tua dan para pendidik, disertai dengan
menguraikan kekuatan (kompentensi) dan persiapan yang alamiyah.
Sebagaimana itu pula Sunnah Nabawiyah
Setiap kalian adalah gembala dan
setiap kalian akan dipertanggungjawabkan atas gembalaannya” (hadits riwayat
al-Bukhari)
2.
Aspek
pembentukan spiritual
Aspek ini bertujuan pada penguatan iman dan akidah dalam diri
(jiwa) anak-anak, dan mempertahankan dan menguatkan nilai-nilai spiritual
mereka, dan meluaskan cahaya kesadaran mereka tentang pengetahuan terhadap
agama, dan menumbuhkan dan mencurahkan pengetahuan agama, dan akhak yang baik
mereka dengan jalan yang sesuai dengan perkembangan pemahaman akal dan hasil
mereka dalam belajar dan mencari ilmu, dan mempermudah dan menunjukkan mereka
dengan hal-hal yang menarik dan media-media pembelajaran (pendidikan) yang
variatif yang mereka suka dan senangi.
Rasulullah SAW adalah salah seorang yang sangat menekankan
terahadap pengajaran (pendidikan) umat muslim dengan terus-terusan (terus
menerus / kontinyu) dan mengarahkannya dan menuntunnya dengan masalah-masalah
agama mereka, dan menghasilkan nilai-nilai, atauran dan arahan spiritualitas
yang baik dalam diri mereka, dan beliau menganjurkan merek untuk menjaganya,
dan juga beliau tidak membedakan antara laki-laki dan perempuan antara yang
besar dan kecil.
Dan berhubungan dengan penanaman bangunan spirituallitas dalam diri
anak-anak. Rasulullah SAW telah menyerukan/ menganjurkan untuk membiasakan anak
sejak kecilnya mengucapkan asma' Allah (nama-nama Allah) dalam segala hal agar
dapat terpatri dalam dirinya keimanan terhadap Allah SWT, kesyukurannya,
pemujiannya dan kebaiknya dalam bertawakkal.
3.
Aspek penyembuhan spiritual
Bahasan penting dalam pendidikan spiritual ini
merujuk pada cara dalam menolong anak-anak yang telah salah dan terlanjur sesat
untuk kembali kepada keimanan yang benar dan akidah yang lurus, dan hal
tersebut dilakukan dengan membebaskannya / menyelematkan mereka dari ikatan-ikatan
keraguan dalam berakidah, dengan penyelamatan mereka dari kungkungan cakar
penyelewengan agama, dan menjauhkan mereka dari tergelincirnya akhlak/ moral,
dan mengajarkannya jalan yang lurus/benar, dan menuntun mereka terus menerus -
dalam hal kesabaran, toleransi, dan kasih sayang - untuk kembali kepada jalan
keimanan, dan kebenaran.
C. PILAR-PILAR (SENDI-SENDI) PENDIDIKAN
SPIRITUAL :
Pilar-pilar pendidikan ini terbagi menjadi
beberapa macam yakni; Iman kepada Allah SWT degan keesannya dan ketuhanan-Nya,
iman kepada malaikat-malaikat-Nya, iman kepada kitab-kitab-Nya, iman kepada
nabi-nabi dan rusul-rusul-Nya, iman kepada hari akhir, dan iman kepada
taqdir-Nya yang baik maupun yang buruk, serta mentauhidkan-Nya dalam hal
beribadah.
1.
Iman
kepada Allah SWT dengan keesaannya dan ketuhanannya
Syarat syah pertama dikatakan seorang itu
muslim adalah iman kepada Allah SWT, yakni pernyataan dengan penuh pembenaran
(keyakinan) akan wujuda-Nya (eksistensi-Nya), dan bahwa sanya Dialah Pencitpa
segala sesuatu, Yang Maha mengetahui yang gaib dan nyata, Tuhan segala sesuatu
dan Raja Pemilik urusannya, Yang maha Esa yang Maha Kekal Tiada tuhan yang
berhak disembah kecuali Dia, memiliki sifat yang sempurna, yang terlepas dari
segala kekurangan.
Sebagai permisalan kami akan menunjukkan
dalil-dalil 'aqli yang terpenting atas adanya Allah SWT, yang terbagi jadi 4 macam
: dalil penciptaan, bukti adanya tujuan dan maksud, bukti adanya kesempurnaan
dan contoh yang mulia, dan dalil akhlak (moral).
a) Dalil penciptaan
Dalil ini didefinisikan dengan nama lain yakni
dalil alam semesta (the cosmological argument) yang dianggap dalil yang paling
awal, paling jelas, paling kuat alasannya, dan paling banyak memuaskan.
Makna dari dalil ini adalah bahwa setiap
makhluk memiliki pencipta, setiap buatan mesti ada pembuatnya, setiap yang ada
mesti ada yang mengadakannya, dan inilah yang kita cari dalam kehidupan kita
sebenarnya jika kita belum pernah mendapati suatu hal yang sempurna sesuai
dengan kata hati, dengan kemurnian kerangka fikiran, atau dengan cara pandang
otomatis, atau penemuan oleh diri sendiri.
Allah berfirman :
17.Maka Apakah mereka tidak
memperhatikan unta bagaimana Dia diciptakan, 18. dan langit, bagaimana ia
ditinggikan? 19. dan gunung-gunung bagaimana ia ditegakkan? 20. dan bumi
bagaimana ia dihamparkan? 21. Maka berilah peringatan, karena Sesungguhnya kamu
hanyalah orang yang memberi peringatan. 22. kamu bukanlah orang yang berkuasa
atas mereka,
(Al-Ghosiyah : 17-22)
b) Dalil Tujuan akhir
Dalil tujuan akhir atau maksud (The
Teleological Argument) adalah salah satu dalil aqli yang terpenting atas
eksistensi (wujud) Allah SWT, yang Maha Pencipta lagi Maha Agung.
Maka seluruh makhluk-malhluk ini tidak
diciptakan tanpa guna, tidak diciptakan sia-sia bila kita perhatikan sebagian
darinya yang besar maupun yang kecil, mesti mempunyai maksud dalam
penciptaanya, memiliki tujuan akhir dalam pembentukannya, hikmah dalam pengaturannya,
dan ketelitian dalam tadaburnya.
Ketelitian dalam tadabur, hikmah dalam
pengaturan, dan tujuan akhir dalam pembuatan, serta maksud dalam penciptaan
sungguh menunjukkan dengan penuh keyakinan yang tak diragukan lagi bahwa
dibalik itu semua ada Pengatur yang Maha Bijaksana, yang maha Pencipta, lagi
Maha Agung.
c) Dalil kesempurnaan
Dalil kesempurnaan atau hal yang ideal (the
Oniological Argument) adalah salah satu dari dalil-dalil aqli atas keberadaan
Allah SWT, ia merupakan dalil yang telah ditetapkan oleh para peneliti-peneliti
dalam logika dan filsafat agama. Pemikir
pertama yang merumuskan gambaran/ definis tentang hal tersebut adalah santo
Anselm, dia telah memberikan pengaruh pada pengikutnya dan mereka melengkapinya
sampai terbentuklah filsafatnya "dikrat" seorang fhilosof asal
perancis. Pengertian dari dalil ini adalah bahwa sebenarnya manusia tiap kali
menggambarkan (memvisualisasikan) hal besar mesti dia akan menggambarkan yang
lebih besar daripada itu, dan tiap kali mereka menggambarkan hal yang sempurna
mestia dia akan menggambarkan hal yang lebih sempurna dari pada itu, maka tiap
hal yang besar atau sempurna mesti, itu adalah yang Maha Agung muthlaq dan Yang
Maha Sempurna secara muthlaq.
d) Dalil akhlak (moral/etika)
Dalil akhlak yang bersumber dari fithrah manusia adalah salah satu
dalil yang benar atas eksistensi Allah (wujud Allah SWT) yang merupakan sumber
kebaikan, kebenaran, dan keindahan yang muthlaq. Beberapa fhilosof dan para
pemikir telah berkata tentang hal ini. Dan orang yang pertama menyatakan
tentang petunjuk akhlak tersebut yaki Santo Tuma Al-Akwaini yang berpendapat
bahwa dalam tanda-tanda kebaikan dan keindahan yang tersembuyi dalam diri
manusia dan tabi'at-tabi'atnya terdapat bukti yang pasti atas wujud Allah SWT
(eksistensi Allah SWT). Sebagaimana pula dikatakan oleh salah satu fhilosof
yunani Emanuel Kant yang menetapkan wujud Allah SWT dengan adanya tanda-tanda
akhlak yang natural (moral yang natural) dalam diri manusia yang berhubungan
dengan wujud (eksistensi) tersebut, dan hal tersebut merupakan tanda kewajiban
moral atau perasaan wajib yang berasal dari dalam hati nuraninya, dan ia
merasakan hal tersebut muncul darinya, yang menunjukkan kepada fihtrahnya.
Demikianlah fakta-fakta yang menunjukkan
perhatian al-Qur'an dan Sunnah terhadap pembentukan Iman kepada Allah SWT
dengan keesaan dan ketuhanannya yang berdasar pada tadabur yang rasional,
berfikir logis, alasan yang dapat diterima, bukti yang nyata, dan petunjuk yang
terang, dan hal-hal tersebutlah yang menjadikan pendidikan spiritual dalam
ajaran Nabi Muhammad memiliki kelebihan positif yang khusus yang tidak dimiliki
lainnya.
2. Iman kepada Malaikat-malaikat-Nya AS
('alaihi-s-salam)
Wajib bagi seorang muslim beriman -setelah imannya kepada Allah SWT
- kepada Malaikat Allah AS dan pada eksistensinya.
Allah berfirman :
Rasul telah beriman kepada Al Quran yang diturunkan
kepadanya dari Tuhannya, demikian pula orang-orang yang beriman. semuanya
beriman kepada Allah, malaikat-malaikat-Nya, kitab-kitab-Nya dan
rasul-rasul-Nya. (mereka mengatakan): "Kami tidak membeda-bedakan antara
seseorangpun (dengan yang lain) dari rasul-rasul-Nya", dan mereka
mengatakan: "Kami dengar dan Kami taat." (mereka berdoa):
"Ampunilah Kami Ya Tuhan Kami dan kepada Engkaulah tempat kembali."
(Al-Baqoroh : 285)
Keimanan terhadap para malaikat Allah AS memberikan
pengaruh-pengaruh pendidikan positif yang sempurna dan penting dalam
mengarahkan orang-orang mu'min untuk mencontoh mereka, menyerupai sifat-sifat
mereka yang agung, khususnya dalam ibadah mereka terhadap Allah SWT,
penyucian-Nya, dan ketaatan pada perintah-Nya. Ditambah adanya mereka dapat
merasakan pengawasan mereka sehingga hal itu mengajak manusia untuk waspada
terus menerus sehingga dengan tersebut mereka dapat memperbagus ibadah dan amal
sholehnya, dan juga menjauhi dari kemaksiatan dan kekejian.
3. keimanan pada kitab-kitab Allah SWT
Keimanan seseorang muslim tak akan sempurna
tanpa keimaman kepada kitab-kitab, lembaran-lembaran-Nya yang telah Allah
turunkan kepada para nabi dan rasul-Nya untuk mereka sampaikan syariat dan
agama-Nya kepada para hamba-hamba-NYa.
Dan salah satu kitab-Nya yang paling mulia,
paling lengkap, dan yang paling mencakup diantara kitab-kitab-Nya yang lain
adalah kitab yang telah Ia turunkan kepada Nabi dan Rasul-Nya yang terakhir
Nabi Muhammad SAW sebagai pembenar dan pembangkit (kitab-kitab yang telah
diturunkan sebelumnya) kitab-kitab-Nya, yang menjadi penghapus syareat dan
hukum-hukum sebelumnya, dan yang abadi hingga akhir zaman karena Allah telah
berjanji dengan kalamnya akan menjaganya selalu.
Allah berfirman :
Sesungguhnya Kami-lah yang
menurunkan Al Quran, dan Sesungguhnya Kami benar-benar memeliharanya. (Al-Hajr
: 9)
Keimanan kepada kitab-kitab Allah SWT secara
umum dan keimanan kepada penutup dan penghapusnya yakni Al-Qur'an secara khusus
memberikan pengaruh positif yang besar terhadap pendidikan orang-orang mu'min,
pengarahan mereka, serta pembentukan kepribadian mereka, pembersihan diri, dan
peningkatan akhlak mereka, maka hal tersebut digambarkan seperti cara yang
paling lengkap yang jadi panduan untuk kehidupan yang mulia yang dapat
mewujudkan kesempurnaan dzat, akhlak, dan ruhani mereka, memperbaiki dunia
dimana mereka tingggal, akherat dimana mereka kembali, dan kitab-kitab tersebut
juga membekali mereka dengan petunjuk yang terus menerus dalam segala macam
keadaan dunia dan keadaan agama.
4. Iman kepada para Rasul AS (Alaihi Salam)
Keimanan seorang tidak dibenarkan tanpa
keimananny pada para nabi dan para rasul seluruhnya alaihi salam (keselamatan
bagi mereka), dari mulai awalnya nabi Adam AS hingga akhirnya Nabi Muhammad
SAW.
Allah SWT telah memilih para rasul yang baik
dan suci dari golongan makhluknya yang telah Ia wahyukan dengan
syare'at-syare'at-Nya dan telah Ia bebani mereka untuk menyampaikannya kepada
umat manusia, dan Ia juga telah memperkuat mereka dengan mu'jizat untuk
memuaskan menusia dalam dakwah mereka.
Allah berfirman :
Dan Kami tidak mengutus Rasul-rasul sebelummu, melainkan
mereka sungguh memakan makanan dan berjalan di pasar-pasar. dan Kami jadikan
sebahagian kamu cobaan bagi sebahagian yang lain. maukah kamu bersabar?; dan
adalah Tuhanmu Maha melihat.
(Al-Furqon : 20)
Iman terhadap para nabi dan rasul ini memiliki
pangaruh-pengaruh pendidikan yang besar terhadap kepribadian orang mu'min,
karena iman tersebut menuntut mereka untuk mencontoh para nabi dan rasul itu,
menjalankan sunah-sunah mereka, dan meneladani akhlak dan pelajaran-pelajaran
mereka yang merupakan teladan yang mulia dan contoh yang baik dalam hal ibadah,
amal, prilaku, tatakrama, sikap, arah, serta macam-macam aktifitas kehidupan
mereka, hubungan mereka dan ikatan mereka, dan juga pelaksanaan mereka terhadap
kewajiban-kewajiban, dan kebiasaan-kebiasaan mereka.
5. Iman dengan hari akhir
Salah satu syarat benarnya iman seorang musli
adalam iman kepada hari akhir yang merupakan hari dimana seluruh kehidupan ini
mencapai akhir tak terelakkan yang telah Allah SWT tentukan, setelah itu Ia
membangkitkan seluruh makhluknya, mengumpulkan mereka untuk dihitung (dihisab),
dan menyajikan dihadapan mereka amal perbuatan mereka dalam catatan yang tidak
diserahkan baik kecil maupun besar kecuali telah di perhitungkan, maka
diberilah balasan mereka, bagi orang mu'min diberikan balasan kenikmatan surga
yang kekal, sedang bagi orang kafir diberikan balasan dengan adzab neraka yang
pedih.
Sesungguhnya apa yang ada di dunia ini dari
kenikmatan dengan tingkatan-tingaktan dan macam-macamnya yang berbeda merupakan
pembukti adanya kenikmatan yang lebih sempurna di hari akhir kelak yang lebih
kekal dan abadi dari pada kenikmatan dunia itu, maka diberikanlan surga bagi
orang-orang yang berbuat baik sebagai balasan (pahala) mereka, dan apa yang ada
di dunia ini dari kesusahan dengan tingkatan dan macam-macamnya yang berbeda
merupakan bukti akan adanya kesusahan (penderitaan) yang lebih besar di hari akhir
nanti sebagai balasan bagi orang-orang yang berbuat keburukan yakni neraka
jahanam.
Allah berfirman :
6. pada hari itu manusia ke luar
dari kuburnya dalam Keadaan bermacam-macam, supaya diperlihatkan kepada mereka
(balasan) pekerjaan mereka[1596], 7. Barangsiapa yang mengerjakan kebaikan
seberat dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat (balasan)nya. 8. dan Barangsiapa
yang mengerjakan kejahatan sebesar dzarrahpun, niscaya Dia akan melihat
(balasan)nya pula. (Az-Zilzalah : 6-8)
6. Iman kepada taqdir Allah yang baik maupun yang buruk
Tidak akan sempurna keimanan seorang muslim
kecuali dengan keimanannya pada qodho' dan qodar-Nya Allah SWT yang baik maupun
yang buruk, dan bahwa kedual hal tersebut sebagai hukum dan kehendak Allah SWT
bagi makhluknya.
Allah berfirman :
Tiada suatu bencanapun yang menimpa di bumi dan (tidak pula) pada dirimu
sendiri melainkan telah tertulis dalam kitab (Lauhul Mahfuzh) sebelum Kami
menciptakannya. Sesungguhnya
yang demikian itu adalah mudah bagi Allah. (Al-Hadid : 22)
Keimanan terhadap qodar baik buruknya memiliki
pengaruh unsur pendidikan dalam kepribadaian seorang mu'min pengaruh tersebut
membekali mereka degan kekuatan dan kemampuan yang selalu diperbaharui dalam
melawan segala kesukaran, dan menghadapi segala macam akibat, mengecilkan
pandangan mereka terhadap hal-hal yang material, ia juga menjadi sumber
kehidupan dan motifasi yang berkelanjutan untuk terlepas dari cengkraman
keputus asaan, kegagalan, dan perasaan rendah diri yang menghancurkan, maka
segala sesuatu dengan taqdir Allah SWT yang baik maupun buruknya
7. Tauhid dalam beribadah
Tauhid pada Allah SWT, dan iman kepada keuluhiyahann
dan kerububiyahaann (ketuhanan-Nya) -NYa merupakan dasar aqidah yang benar yang
telah diturunkan denganya setiap risalah (ajaran) sampai ditutupnya dengan
risalah yang terakhir risalahnya Nabi Muhammad SAW yang telah datang
membenarkan kitab-kitab sebelumnya, penyempurna baginya, pembangkit kitab-kitab
tersebut, dan penghapus sebagian dari syare'at dan hukum-hukumnya.
Perwujudan ubudiyah (penghambaan), ketundukan,
ketaatan, dan penyerahan diri hanya bagi Allah SWT semata, dilakukan dengan
melengkapi kewajiban-kewajiban Allah SWT, dan merasakan pengawasan-Nya dalam
setiap hal (keadaan), serta menjaga kemuliaa-Nya dengan melaksanakan seluruh
perintahnya dan menjauhi seluruh larangannya dan tidak melampaui batasan-Nya,
dan ibadah yang tulus pada-Nya dalam setiap perbuatan dan perkataan.
Selanjutnya kita akan membicarakan tentang
penjelasan ibadah-ibadah yang wajib dalam islam yakni: sholat, zakat, puasa,
haji, dan kita akan menjelaskan pengaruh-pengaruhnya dalam pendidikan.
a. Sholat
Sholat merupakan kewajiban awal yang Allah
perintahkan kepada hamba-Nya lewat al-Qur'an yang tertulis dalam beberapa ayat,
dan diwajibkan kepada setiap orang yang mu'min melaksanakan sholat pada
waktunya.
Kewajiban bagi seorang muslim yakni,
peningkatan dalam menjaga sholat, menyuruh keluarga dan menanamkan dalam diri
mereka untuk membiasakan diri melakukan sholat.
Allah berfirman :
Dan
perintahkanlah kepada keluargamu mendirikan shalat dan bersabarlah kamu dalam
mengerjakannya. Kami tidak meminta rezki kepadamu, kamilah yang memberi rezki
kepadamu. dan akibat (yang baik) itu adalah bagi orang yang bertakwa. (Thaha :
132)
Selanjutnya kami jelaskan pengaruh-pengaruh pendidikan dalam
sholat:
Ø
Sholat mewujudkan hubungan yang erat antara
seorang hamba dengan tuhannya,
Ø
Sholat menyebarkan dalam jiwa seorang mu'min
ketentraman, ketenangan, dan kepercayaan diri, & membuatnya dapat menerima
kesuliatan dan kesusahan hidup
Ø
Sholat meningkatakan makna seperitual seorang
mu'min, menguatkan kemauannya, keinginannya untuk melakukan kebaikan dan
tawakal kepada Allah
Ø
Sholat membiasakan bagi diri seorang mu'min
dengan kebiasaan tawadu' (rendah hati), dan menjaganya dari bangga diri,
sombong dan segala pakaian kebesaran yang dapat merusak iman dan akidah dalam
dirinya
Ø
Sholat menyucukan jiwa manusa dari
keburukan-keburukan, kejelakan dan menjaganya dari seluruh dosa besar
Ø
Sholat menanaman pada diri seorang mu'min
sifat kesabaran, ketabahan, dan kekuatan, bagi keyakinan dan ketawakalanannya
pada Allah SWT
Ø
Sholat menggerakkan seorang mu'min untuk
saling menolong antara satu dengan yang lain, rasa kasih sayang, dan untuk
memperkuat hubungan sosial antara pribadi-pribadi mereka yang berbeda.
Ø
Sholat membiasakan seorang mu'im untuk
berpegang teguh dan disiplin, menghormati aturan, dan selalu mengerjakan
kewajiban, ketentuannya pada waktunya dengan penuh kekuatan dan tidak
meremhakan dalam mengerjakan sunnah-sunnah dan tanggung jawabnya baik yang awal
maupun yang akhir.
Ø
Sholat menanamkan dalam diri seorang mu'im
prinsip kebersihan, kesucian diri dalam raga, pakaian dan tempat tinggalnya,
Ø
Sholat mewujudkan kesehatan raga bagi seorang
mu’min.
b. Zakat
Zakat merupakan salah satu kewajiban yang
memerintahkan pada setiap orang untuk memberikan hartanya dengan syarat-syarat
tertentu, zakat juga merupakan pembersiahan harta, penyucian, dan penumbahan
manfaat dari Allah SWT.
Zakat juga memiliki pengaruh pendidikan dalam
pembentukan pribadi / individu sebagai anggota yang sholeh dalam suatu
masyarakat dimana ia hidup dan berinteraksi dalam mencapai tujuan dan target
yang bermanfaat bagi semua.
Selanjutnya kita menjelaskan pengaruh
pendidikan yang terdapat dalam zakat:
Ø
Zakat membersihkan diri seorang mu'min dari
segala macam keburukan.
Ø
Zakat membantu orang mu'min untuk selamat dari
sifat egois, individualis, dan cinta diri, dan penyelewengan tabi'at manusia
yang asli dengan membangga-banggakan diri.
Ø
Zakat membiasakan orang 'mu'min untuk memiliki
sifat-sifat yang utama dan akhlak-akhlak yang mulia.
Ø
Zakat
memperkuat rasa kasih sayang dalam jiwa seorang mu'min.
Ø
Zakat
memberikan pengaruh yang besar dalam kehidupan sosial, dalam hubungan seorang
individu dengan individu lainnya, antara yang kaya dan miski, dan meneberkan
rasa saling tolong menolong, kasih sayang, dan persaudaraan.
Ø
Zakat memberikan kontribusi/ peran secara
langusng dalam mewujudkan kepentingan umum.
Ø
Zakat membatasi adanya penumpukan harta bagi
orang-orang kaya.
Ø
Zakat memiliki pengaruh yang besar bagi diri
pribadi seorang mu'min karena dengannya ia dapat merasakan ketentrama,
ketenangan, dan menyebarlah dalam dirinya rasa kasih sayang dan kerelaaan untuk
merasakan bahwa dirinya telah melakuakan hak Allah SWT di dalam hartanya.
c. Puasa
Puasa itu diwajibkan bagi selurah umat muslim,
Allah telah mewajbkannya bagi mereka sebagai mana Ia juga mewajibkannya bagi
umat-umat sebelumnya.
Allah berfirman :
Hai orang-orang yang beriman, diwajibkan atas kamu berpuasa sebagaimana
diwajibkan atas orang-orang sebelum kamu agar kamu bertakwa, (Al-Baqarah : 183)
Puasa memiliki pengaruh-pengaruh pendidikan
yang lengkap dalam pembentukan dan penyempurnaan kepribadian mulia manusia.
Selanjutnya kita akan di jelaskan tentang
pengaruh pendidikan dalam ibadah puasa :
Ø
Puasa memperkuat iman seorang muslim dan
menambah keyakinannya kepada allah.
Ø
Puasa membersihkan diri seorang mu'min,
menyucikan jiwanya, membetulkan ambisi dan dorangnannya, meningkatkan hati
nuraninya, dan membersihkannya dari sifat sifat yang buruk, dan jelek
Ø
Puasa memperkuat kemauan dan kemampuan seorang
mu'min untuk tabah dan sabar.
Ø
Puasa memancarkan dalam diri seorang mu'min
makna kebaikan, saling menyayangi, mengasihi, lemah lembut, kehormatan,
Ø
Puasa menumbuhkan kecondangan thobi'i seorang
mu'min untuk saling berpartisipasi (berkotnribusi), dan rasa saling menolong
Ø
Puasa
menguatkan kecondongan seorang mu'min berpartisipasi dalam sosial
Ø
Puasa menjaga kesehatan orang yang mu'min,
melindunginya dari sakit dan segala penyakit.
d. Haji
Haji merupakan salah satu ibadah yang
difardhukan bagi setiap orang muslim yang mampu melakukannya bila ia memiliki
kelebihan-kelebihan, seperti dalam perbekalan, transportasi dan keamanan jalan.
Haji memiliki pengaruh-pengaruh pendidikan
dalam pendidikan personal (pribadi) dan dalam pembentukan kepribadiaannya dan pengembangannya
dan penyempurnaan aspek-aspeknya yang bermacam-macam.
Selanjutnya kami akan jelaskan
pengaruh-pengaruh penting dari haji :
Ø
Haji menguatkan akidah seorang muslim.
Ø
Haji menyebarkan dalam diri seorang mu'min
ketentaraman, keamanan dan keselamatan, memperkuat harapan dan ketenangannya
pada Allah SWT.
Ø
Haji membiasakan seorang mu'min untuk menahan
marahnya dan mengatur emosi-emosinya, dan menanamkan pada dirinya rasa
toleransi, saling menjaga, saling memaafkan dan lain sebagainya.
Ø
Haji menyucikan jiwa seorang mu'min,
membersihkan dan memancarkan darinya makna-makna yang mulia, dan nilai-nilai
yang agung
Ø
Haji memperbaiki jiwa seorang mu'min dan
meningkatkan akhlaknya dengan menjauhi dari sifat-siaft yang buruk
Ø
Haji
merupakan sarana untuk pembangunan dan penumbuhan jiwa saling mencintai sesama
dan kecenderungan untuk berpartisipasi antara tiap muslim dan memperkuat
kesatuan, integritas, kasih sayang, kelembutan, dan rasa tolong menolong
D. PENGARUH POSITIF PENDIDIKAN
SPIRITUAL (PENDIDIKAN RUH)
Pendidikan ruh (spiritual) memiliki pengaruh-pengaruh yang penting
terhadap pembentukan kepribadian manusia yang sempurna, pengaruh ini tidak
hanya berkutat pada aspek jiwa dengan memperkuat iman dan menumbuhkan akidah
akan tetapi melingkupi segala aspek manusiawi yakni akhlak dengan menyucikan
diri dan membersihkannya, aspek akal dengan meningkatkan pengetahuan, daya
tangkap, dan kemampuan berfikir dan menekankan pentingkannya berfikir,
berlogika, dan bertadabur, dan aspek sosial dengan memperkuat, memperkokoh
makna saling mengasihi, saling menyayangi, saling melengkapi, saling membantu,
dan toleransi.
Adapun pengaruh-pengaruh penting dari pendidikan ruh adalah sebagai
berikut :
1. Ikhlas kepada Allah SWT
Salah satu pengaruh terpenting dari pendidikan
ruh yang benar yakni menanamkan makna keikhlasan dalam diri seorang mu'min,
dengan menjadikan niat, perkataanya, dan perbuatan nya itu dilakukan dengan
ikhlas untuk Allah SWT, ia tidak mencari nya kecuali keridhoan Allah, mereka
terbebas dari keinginan mencari kesenangan, kemuliaan, dan hal duniawi.
Sesungguhnya keikhlasan kepada Allah SWT dalam
segala tujuan dan upaya akan mewujukan hubungan yang langsung dan abadi dengan
Allah SWT, dan menyucikan jiwa seorang mu'min dan membersihkan dirinya, dan
menjadikanya hamba yang soleh di agamanya dan duniannya bagi dirinya
keluarganya, dan masing-masing individu masyarakat dimana ia tinggal, dan
menjadikannya selalu mematuhi dan memperhatikan Tuhannya dalam setiap gerakan
dan kondisi dan ia menghadap kepada-Nya dengan seluruh jiwanya, dengan dzikir
di lisannya, dengan mengambil pelajaran dalam fikirannya, ketetapan hatinya,
dan dengan seluruh perbuatan dan upaya yang ia lakukan lewat tangan dan
kakinya.
Dan juga Allah berfirman :
Padahal mereka tidak disuruh kecuali supaya menyembah
Allah dengan memurnikan ketaatan kepada-Nya dalam (menjalankan) agama yang
lurus[1595], dan supaya mereka mendirikan shalat dan menunaikan zakat; dan yang
demikian Itulah agama yang lurus.( Al-Bayinah : 5)
2. Tawakkal (Penyerahan diri) kepada
Allah SWT
Tawakkal kepada Allah akan menyebarkan dalam
diri seorang mu'min ketentraman, ketenganan dan kenyamanan, hal tersebut
berhubungan dengan kesehatan jiwa, akal dan kesehatan badannya hal itu karena
tawakkal kepada Allah menjaga diri mereka dari ketakutan-ketakutan, penyakit
jiwa, rasa frustasi, kecendruangan-kecendruangan, tekanan fikiran yang dapat
menjadikan kebahagiaan manusia menjadi kesusahan dan penderitaan, ketenangan
mereka jadi kekacaauan, rasa optimisnya jadi pesimis, hal positifnya jadi
negatif dan keberhasilannya jadi kegagalan.
Sesungguhnya tawakkal kepada Allah SWT
merupakan hal yang penting bagi jiwa, akal
dan raga yang sangat dibutuhkan bagi setiap manusia baik orang yang
mampu maupun orang yang lemah, orang yang menghakimi dan dikahimi, yang besar
mupun kecil, laki-laki atau perempuan, yang berilmu ataupun yang beramal,
semuanya membutuhkan Allah SWT karena Ialah yang mampu mengabulkan do'a mereka
dan dapat memenuhi permohonan mereka, membantu mereka meningkat, dan
meringankan penderitaan-penderitaan mereka.
Allah berfirman :
Dan bertawakkallah kepada Allah yang hidup (kekal) yang tidak mati, dan
bertasbihlah dengan memuji-Nya. dan cukuplah Dia Maha mengetahui dosa-dosa
hamba-hamba-Nya.
(Al-Furqan : 58)
3. Istiqomah
Salah satu pengaruh penting dalam pendidiakan
spiritual adalah pembentukan kebiasaan istiqomah bagi seorang mu'min, yang
berarti bahwa ia selalau mengerjakan segala perintah Allah SWT dan menjauhi
segala laranganya, dan menjaga aturan-aturan-Nya, dan dia selalu merasa akan eksistensi
Allah (adanya Allah) di setiap waktu dan tempat, dan menganjurkan dirinya untuk
mencari keridhoan-Nya dalam segala perbuatan dan selalu bertawajuh (menghadap)
kepada-Nya dengan seluruh niatnya, dengan hal tersebut maka kebiasaan istiqomah
tersebut menancap dalam dirinya dan berjalan sepanjang hidupnya, dan selalu
merujuk kepada Al-Qur'an dan sunnah Nabi yang Terakhir Nabi Muhammad SAW dalam
hal yang tampak (dhohir) dan yang batin terseumbunyi (batin), dan dalam niat
dan amal, dalam tujuan dan cara, serta dalam agama dan dunia.
Sebagaimana pula kebiasaan istiqomah ini
memberikan pengaruh positif terhadap kehidupan masyarakat, apabila kebiasaan
ini berlaku bagi tiap individu masing-masing masyrakat maka akan menyebarlah
rasa aman, dan rasa nyaman dan terliputilah dalam masyarakat rasa kasih sayang,
mencintai sesama, solidaritas, toleransi, dan integrasi, dan terjaga dari
unsur-unsur yang merusak, memecah belah hubungan sosial, dan akhlak-akhlak yang
tercela.
4. Menyuruh pada kebaikan dan menentang (melarang) kemungkaran
Pengaruh yang paling utama, atau buah yang
paling matang dari pendidikan ruh ini adalah prinsip " menyuruh kepada
kebaikan dan mentang kemungkaran" ia memberikan pengaruh yang paling besar
dalam pendidikan seorang mu'min, dalam penanaman kepriadainnya dan penjagaanya
dari kemelencengan, kesalahan-kesalahan, dan kemaksiatan-kemaksiatan, adapun
dalam kehidupan masyarakat ia menjaganya dari unsur-unsur yang menghancurkan,
dan meruntuhkan martabat yang disebabkan oleh tersebarnya kerusakan, keburukan,
dan kemungkaran yang nampak maupun yang tersembunyi.
Allah berfirman :
Dan hendaklah ada di antara kamu segolongan umat yang menyeru kepada
kebajikan, menyuruh kepada yang ma'ruf dan mencegah dari yang munkar[217];
merekalah orang-orang yang beruntung. (Ali Imran : 104)
Dengan upaya yakni membiasakan anak-anak
dengan prinsip amar ma'rif nahi mungkar, upaya untuk menyebarkan nilai-nilai
moral dalam kehidupan sosial, dan dengan upaya yang menjadikan kehidupan
manusia berdsar pada kemurnia/ kesucian, kebersihan, dan menerangkan tentang
petunjuk dan hidayah, semua hal itu menjadi penjaga yang menentang adanya
perpecahan, kemelencengan, dan pelindung dari segala kerusakan, kehilangan dan
kesesatan.
E. TUJUAN-TUJUAN DARI PENDIDIKAN RUH
(SPIRITUAL):
Dengan menganalisis setiap muatan-muataan pendidikan ruh /
spiritual dalam sunnah nabawiyah bahwa secara jelas pendidikan tersebut
mengarah pada tujuan-tujuan utma, sesuai
dengan hadist-hadist yang sudah lalu. Tujuan-tujuan utama tersebut
yakni;
1. Menanamkan dalam diri seseorang akidah yang benar dan keimanan yang
sungguh-sungguh kepada Allah SWT yang tiada tuhan selain Dia, Dialah Maha
pemilik segala sesuatu yang tiada sekutu bagi-Nya, Yang Maha Pencipta dan
pengatur yang Bijaksana, Pemilik kesempurnaan yang muthlaq tiada yang serupa
dengan-Nya, tiada yang mendampinginya, Dilah sumber petunjuk dan sifat-sifat
yang mulia serta kebaikan dan kenikmatan-kenikmatan, dengang hal tersebut maka
dirinya terlindungi sejak kecilnya dari segala bentuk keraguan, kekufuran,
kesesahatan, dan kemusyrikan.
2. Mengarahkan manusia untuk mengesakan Allah SWT dalam hal ubudiyah dan
ibadahnya, dengan cara menyerahkan hatinya kepada Tuhannya, Tuhan seluruh Alam
semesta, dan menjadikan seluruh amal perbuatannya ikhlas untuk Allah SWT, tidak
menyekutukannya, meminta keridhoaannya, memohon hidayahnya, kepada-Nya ia
meminta pertolongan, kepadaNya ia bertawakkal dan meminta perlindungan, dan
percaya dengan penuh keyakinan yang pasti bahwa tak ada yang dapat
memanfaatkannya dan membahayakannya meskipun semua manusia berupaya untuk hal
tersebut padanya kecuali dengan izin Allah SWT.
3. Menanamkan keimanan kepada para malaikat, kitab-kitab samawi, para rasul
dan para nabi, hari akhir dan taqdir baik buruknya dalam diri priadi seseorang
setelah keimanan kepada Allah SWT, sebagai penyempurna dari akidahnya yang
benar dalam satu sisi, dan juga karena keimanan ini merupakan sumber dari
sifat-sifat akhlak yang mulia dan hati yang hidup yang mengharuskannya
mengikuti jalan ketakwaan, kebaikan, dan petunjuk, yang menjaga prilaku
individu dari keburukan, kejelekan, kerusakan dan kesesatan pada sisi lain.
4. Menyucikan jiwa seorang mu'min, dan membersihkan dirinya yang itu dengan
mencukupi kecenderungannya dalam beragama, dan fithrahnya yang asli yakni
tauhid, dengan iman yang sempurna kepadaa Tuhan Yang Maha Esa, Pencipta sega
sesuatu, Dialah yang Awal dan Akhir, Yang Tampak dan Yang Tersembunyi, Pengawas
setiap hati manusia, yang Maha Mengetahui segala rahasia-rahasia, Mengetahui
segal perbuatan, Ia Melihat hamba-hambanya namun hamba-Nya tak mampu
melihat-Nya, sedang Dia selalu bersamanya dimana pun mereka berada.
Keimanan yang sempurna ini menjadikan setiap
individu itu ikhalas dalam berniat dan berbuat, mematuhi Allah SWT dalam segala
gerakan dan kondisi, selalu berbuat baik dalam segala hal yang ia lakukan tidak
mencari hal lain kecuali keridhoaan Allah SWT.
5. Menanamkan kecintaan seorang mu'min kepada Rasulullah SAW penutup para nabi
dan rasul dan meniru segala contohnya,
mengikuti sunnah-sunnah yang suci, dialah yang telah Allah utus sebagai
rahmat bagi alam semesta, sebagai pemberi kabar baik dan pemberi peringatan,
pemberi petunjuk dan penolong dari kesesatan, jalan keluar dari kesesatan menuju kebenaran, dan penyeru mereka ke jalan
menuju suruga, yang menjadi gambaran hidup bagi (contoh yang nyata) dari
sifat-sifat mulia yang berdasar pada petunjuk, kebenaran, kebaikan, ketakwaan
dan akhlak-akhalak yang terpuji.
6. Mendorong setiap individu untuk mencari keutamaan-keutamaan dan nilai-nilai
akhlak (moral), rasa kasih sayang, dan menguatkannya dalam diri pribadinya,
sampai menjadi kebiasaan (tabi'at) bagi dirinya yang ia kerjakan dengan tanpa
ada paksaan atau riya' serta kepinginan untuk di dengar, dan itulah yang
terbaik bagi dirinya, sebagai timbal baliknya akan mendatangkan kebaikan dan
manfaat bagi masyarakat.
7. Membiasakan seseorang sejak kecil dengan jiwa pengorbanan, ketekunan, dan
suka memberi, mementingkan kepentingan orang lain dan cinta kepada sesama, suka
membantu kepada orang lain dan suka menolong dalam kebaikan dan ketakwaaan,
itulah hal yang membantu dirinya untuk membangun hubungan sosial yang erat dan
kuat yang dikaitkan dengan rasa saling mencintai, mengasihi, saling toleransi,
dan rasa saling menyayangi, sehingga dengan hal tersebut maka bahagialah dan
baiklah kehidupannya seluruhnya, mereka saling bekerja sama, seperti bangunan
yang kokoh, dalam mencapai / mewujudkan tujuan-tujuan dan target-terget akhir
mereka, dan menjaga bangunan moral dan aturan sosial mereka dari kehancuran dan
penyelewangan.
8. Penjagaan bagi setiap individu dengan imannya yang kuat, dari terjerumus
dalam keinginan syahwat (hawa nafsu), cinta materi, dan pemenuhan tuntutan
dorongan dan hawa nafsu, daimana hal-hal tersebut menyebabkan berlebih lebihan
dan ketamakan dalam pemenuhannya sehigga tidak sesuai dengan yang disyariatkan
dan diataru oleh hukum-hukum agama yang benar, hal-hal itu merupakan bahaya
yang sangat merusak bagi kesehatan fikiran seseorang, yang disebabkan oleh
penyakit dan kekacauan fikiran, dan bagi kesehatan jiwa dikarenakan menyebabkan
kemelencengan, frustasi, dan benturan, bagi kesehatan raga menyebabkan
terjangkitanya penyakit-penyakit yang menyerang seluruh bagian tubuh, dan
dengan kondisi yang seperti itu maka akan memberikan timbal balik kepada
dirinya sendiri dan masyrakat, dengan akibat yang sangat besar.
Allah berfirman :Dan oraang-orang yang mau menerima petunjuk, Allah menambah petunjuk
kepada mereka dan memberikan Balasan ketaqwaannya. (Muhammad : 17)
BAB
III
PENUTUP
Pendidikan spiritual merupakan salah satu aspek penting pendidikan
yang mempengaruhi kepribadian individu dengan pengaruh yang besar sehingga
mencondongkaannya (mengarahkannya) pada suatu kebaikan, membiasakan dengan
sifat-sifat baik, mewajibkannya berprilaku dan bergaul dengan akhlakul karimah
(akhlak yang mulia) yang terus menerus, beramal (bekerja/berupaya) untuk
membantu bagi orang lain yang membutuhkan, dan senang menolong.
Pendidikan spiritual juga bisa maksudkan yakni orang yang jiwanya
tenang penuh dengan kesemangatan yang melihat kehidupan ini dengan pandangan
positif, dan dengan kemauan yang menggebu-gebu (kuat/meluap-luap), yang tak
akan melemah ketika berbenturan dengan halangan dan rintangan dia akan tetap
berusaha teru menerus untuk melewatinya, dengan selalu meminta pertolongan
kepada Allah SWT yang ia imani, dan kepada-Nya lah ia meminta perlindungan, dan kepada-Nya lah
ia percayai segala pertolongan-Nya, hidayah-Nya (petunjuk-Nya), dan
keberuntungan-Nya.
Sesungguhnya pendidikan spiritual adalah salah satu hal yang sangat
penting bagi kelangsungan hidup tiap manusia, tanpanya maka kestabilan dirinya
terganggu, akal dan jiwanya akan ikut kacau, dia akan merasakan susah dalam
hidupnya sehingga ia memandang kehidupannya dengan rasa pesimistis, sedang
kekosongan jiwanya akan menuntunnya pada kesesatan dan kehilangan hal-hal yang membuatnya
selamat dalam hidup, dia tidak merasakan hal lain kecuali kesengsaraan,
kesusahan, tekanan jiwa, dan kerusakan mental
Adapun apa yang telah ditegaskan oleh ajaran Nabi Muhammad dalam
bahasan penjagan ruhaniyah merupakan penguatan prinsip "menyuruh kepada
yang baik dan menentan terhadap yang mungkar" dan menjadikan hal tersebut
kewajiban bagi tiap-tiap individu, sehingga seluruh indivdiu masyarakat
berupaya mencegah apa yang merusak mereka dari segala hal yang berbahaya dalam
agaama dan nilai-nilai spiritual mereka, sehingga terbentuk masyarakat yang
islami yang menyumbat, menolak secara bergantian dalam menghadapi
gelombang-gelombang kekufuran baik faham ateisme dan kesesatan meskipun dalam
gambaran fenomena saja yang dimulai dalam bentuk pendahuluan, atau hal yang
ilmiah atau yang modern.
DAFTAR
PUSTAKA
Abdul Hamid, usus al-tarbiyah
al-islamiyah fi al-sunnah an-nabawiyah, Tunis, Darul arabiyah lil kitab, 1984__bab
III
mantap artikelnya.
BalasHapussouvenir khas kota kediri
Informasi dan ilmunya sangat bermanfaat.
BalasHapusTerimakasih....!!!!
شكرا كثيرا 😁😁😁😊😊
Halaman untuk referensi bukunya nggak ada
BalasHapus